Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Tumbuh, Harga CPO Kembali Menghangat

Harga CPO untuk kontrak Juni 2021 sempat mencapai harga tertinggi pada 3.870 ringgit per ton sebelum tiba di harga setelmen 3.802 ringgit per ton.
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali bergerak menguat dan mencapai level tertingginya sejak 25 Maret lalu. Hal tersebut ditopang oleh tingginya ekspor dari Malaysia jelang perayaan Ramadan dan reli harga minyak dan minyak biji kedelai.

Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Rabu (7/4/2021), harga CPO untuk kontrak Juni 2021 sempat mencapai harga tertinggi pada 3.870 ringgit per ton sebelum tiba di harga setelmen 3.802 ringgit per ton.

Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman bulan Juli 2021 terpantau naik 39 poin ke 3.630 ringgit per ton setelah sempat mencapai titik tertingginya pada 3.694 ringgit per ton.

Salah satu katalis positif bagi harga minyak kelapa sawit adalah kenaikan ekspor dari Malaysia. Data dari Intertek Testing Services menyebutkan, negara produsen CPO terbesar kedua di dunia tersebut mencatatkan kenaikan ekspor sekitar 11 persen selama lima hari pertama bulan April 2021 sebesar 184.070 ton.

Tren tersebut melanjutkan kenaikan ekspor CPO Malaysia yang terjadi pada Maret lalu. Berdasarkan survey Bloomberg yang melibatkan analis, pialang, dan perusahaan perkebunan, pertumbuhan ekspor Malaysia mencapai 29 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

“Pasar CPO akan dipengaruhi oleh sentimen bullish pada pekan ini seiring dengan kenaikan ekspor Malaysia yang berpotensi mengurangi persediaan CPO di negara tersebut,” jelas analis RHB Sekuritas Christopher Andre Benas dikutip dari Bloomberg, Rabu (7/4/2021).

Adapun, jumlah cadangan CPO di Malaysia naik 2,3 persen dari Februari 2021 menjadi 1,33 juta ton pada Maret lalu. Jumlah persediaan tersebut merupakan yang terbesar sejak November 2020, namun masih dibawah total cadangan Maret 2020 sebesar 23 persen.

Sementara itu, Research Head Sunvin Group di Mumbai, Anilkumar Bagani mengatakan, selain pertumbuhan ekspor, harga CPO juga ditopang oleh kenaikan harga komoditas substitusinya, minyak biji kedelai. Meski demikian, kenaikan harga ini dapat menurunkan minat pasar untuk membelinya.

“Saat ini terlihat hanya India yang melakukan impor. Tujuan lain, seperti China, terlihat stagnan karena margin impor yang buruk,” jelas Bagani.

Bagani menambahkan, pelaku pasar juga tengah menunggu estimasi produksi CPO dari Malaysian Palm Oil Association pada pekan ini. Mereka juga menanti laporan ekspor dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper