Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belum Bersemangat, Rupiah Dibuka Melemah Menjadi Rp14.557

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (1/4/2021), rupiah di pasar spot terdepresiasi 0,22 persen atau 32,5 poin menjadi Rp14.557 per dolar AS pada pukul 09.22 WIB.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pagi ini bersama sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (1/4/2021), rupiah di pasar spot terdepresiasi 0,22 persen atau 32,5 poin menjadi Rp14.557 per dolar AS pada pukul 09.22 WIB.

Tak hanya rupiah, ringgit Malaysia juga turun 0,02 persen dan yuan China melemah 0,22 persen.

Pada saat bersamaan, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama dunia turun tipis 0,02 persen menjadi 93.220.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menjelaskan, salah satu faktor utama melemahnya rupiah adalah tren positif yang terjadi pada dolar AS.

Penguatan greenback didukung oleh percepatan vaksinasi AS dan rencana paket stimulus utama memicu ekspektasi inflasi dan meningkatkan imbal hasil obligasi.

“Rupiah jadi banyak dilepas untuk ditukar dengan valas, utamanya dolar AS. Faktor musiman ini yang membuat rupiah melemah,” tulis Ibrahim dalam riset, dikutip Kamis (1/4/2021).

Imbal hasil US Treasury sepuluh tahun naik ke level tertinggi 14 bulan pada hari Selasa, sehari sebelum Presiden AS Joe Biden akan menguraikan bagaimana rencana infrastruktur US$3 triliun hingga US$4 triliun akan didanai.

Dia juga menargetkan membuka program vaksin COVID-19 AS untuk 90 persen orang dewasa Amerika pada 19 April 2021. Rencana gelontoran stimulus tambahan dari AS menimbulkan dampak negatif bagi pasar Indonesia.

Ibrahim memaparkan, tambahan stimulus ini mengakibatkan ekonomi AS membaik lebih cepat dari ekspektasi para analis serta berimbas terhadap naiknya inflasi dan yield obligasi AS tenor 10 tahun sehingga berpengaruh terhadap perekonomian negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper