Bisnis.com, JAKARTA - PT Barito Pacific Tbk. siap menangkap peluang untuk memacu kinerja pada tahun ini seiring dengan prospek pemulihan ekonomi.
Direktur Barito Pacific David Kosasih mengatakan bahwa pada tahun lalu, kinerja perseroan banyak ditekan oleh kondisi makro akibat pandemi Covid-19.
Namun, pihaknya mengaku telah melihat sinyal pemulihan ekonomi baik global maupun Indonesia pada tahun ini seiring dengan mulai berjalannya program vaksinasi, sehingga berpotensi memacu pertumbuhan kinerja perseroan.
“Kami BRPT dalam posisi siap untuk menangkap perbaikan ekonomi tahun ini dan dari segi operasional kami akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dan tentu akan terus jaga protokol kesehatan dengan fokus keberlanjutan bisnis dan kesehatan karyawan,” papar David, Senin (29/3/2021).
Sebagai informasi, emiten berkode saham BRPT itu mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$36,27 juta sepanjang 2020. Perolehan itu turun 17,8 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar US$44,13 juta.
Selain itu, BRPT mencatatkan pendapatan sebesar US$2,33 miliar pada 2020, melemah tipis 2,8 persen dibandingkan dengan pendapatan 2019 sebesar US$2,4 miliar.
Baca Juga
David menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung itu juga membantu membatasi potensi penurunan margin seiring dengan kenaikan harga bahan baku naftha karena meningkatnya harga minyak global.
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 harga minyak jenis WTI untuk kontrak Mei 2021 di bursa Nymex naik 22,65 persen dan berada di posisi US$59,79 per barel pada perdagangan Senin (29/3/2021) hingga pukul 13.31 WIB.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juni 2021 di bursa ICE telah naik 22,59 persen dan berada di posisi US$63,45 per barel pada perdagangan Senin (29/3/2021) hingga pukul 13.31 WIB.
Dia menjelaskan, sejak paruh kedua tahun lalu kinerja sektor petrokimia terus membaik yang tercermin dari aktivitas industri yang mulai pulih.
Belum lagi, rampungnya proyek pabrik MTBE dan Butene 1 pada September lalu yang membuat tingkat produksi entitas usaha perseroan, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA), mencapai 4,2 juta ton per tahun.
“Tingkat permintaan terus membaik diikuti oleh ekonomi yang juga membaik sehingga kenaikan harga minyak tidak akan berdampak masif terhadap hasil kinerja keuangan, jadi [kinerja] yang penting dari potensi pertumbuhan ekonominya,” papar David.
Di sisi lain, perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu itu mengalokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) 2021 sekitar US$170 juta-US$175 juta. Capex itu akan berasal dari kas internal perseroan.
Alokasi terbesar untuk pengeluaran capex rutin oleh TPIA dan melanjutkan program drilling dari anak usaha di panas bumi, Star Energy. Adapun, pada tahun ini BRPT juga masih dalam proses menyelesaikan sejumlah proyek, seperti PLTU Jawa 9 dan 10.
Selain itu, BRPT juga memiliki area eksplorasi yang tengah dilakukan yaitu Salak Binary berkapasitas 15 MW, Salak Unit 7 dengan kapasitas 55 MW, dan Wayang Windu Unit 3 berkapasitas 60 MW.
Ketiga proyek itu ditargetkan rampung dan beroperasi secara komersial pada 2022 dan 2023.
Perseroan juga memiliki dua proyek eksplorasi baru panas bumi yaitu PT Star Energy Suoh Sekincau, Lampung Barat dan PT Star Energy Geothermal Indonesia untuk di Hamiding, Halmahera Utara.