Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (The Organization of the Petroleum Exporting Countries) atau OPEC diprediksi akan menunda penambahan produksi minyak dunia seiring dengan perlambatan permintaan pada sejumlah wilayah di dunia.
Analis Goldman Sachs Damien Courvalin dalam laporannya menyebutkan, penurunan harga minyak yang terjadi belakangan ini telah melebihi pergeseran pada fundamentalnya. Hal ini diperkirakan akan membuat OPEC dan negara-negara sekutunya atau OPEC+ akan mempertahankan kuota produksi yang sudah ada saat ini.
“Penambahan output oleh OPEC+ diprediksi akan lebih lambat pada musim semi ini. Hal tersebut dilakukan untuk mengimbangi perlambatan pemulihan permintaan dari negara-negara emerging market dan negara di wilayah Eropa,” jelas Courvalin dalam laporannya dikutip dari Bloomberg.
Courvalin memprediksi OPEC+ tidak akan mengubah kuota produksinya untuk bulan Mei mendatang. Adapun pertemuan bulanan OPEC+ akan dilaksanakan pada pekan depan.
Dia melanjutkan tingkat permintaan masih akan menguat sepanjang musim panas tahun ini. Adapun, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun kurang dari 1 persen pekan ini di level US$60,97 per barel. Sementara minyak mentah Brent menghentikan penurunan mingguan berturut-turut.
Volatilitas pasar minyak mencapai level tertinggi sejak November setelah harga bergerak fluktuatif dari naik hampir 6 persen dan hingga anjlok nyaris 5 persen pekan ini. Hal ini dikarenakan pelaku pasar mengkalibrasi ulang posisi mereka setiap harinya.
Sementara masih ada optimisme rebound permintaan global dalam jangka panjang, perkembangan seputar lockdown di Eropa dan meningkatnya jumlah kasus memperburuk permintaan. Hal tersebut menandakan reli harga terlalu jauh atau terlalu cepat.
Sementara itu, lalu lintas Terusan Suez masih tertutup karena upaya untuk mengeluarkan kapal kontainer besar yang kecelakaan dan menghalangi diperkirakan akan memakan waktu setidaknya hingga Rabu.