Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Lokal Lebih Suka Saham Lapis Dua, LQ45 Kurang Bergairah

Saham-saham lapis utama seperti penghuni indeks LQ45 biasanya menjadi favorit bagi investor asing. Sayangnya, saat ini investor asing masih belum sepenuhnya kembali masuk ke pasar Indonesia.
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Hengkangnya investor asing dari pasar modal Indonesia dinilai menjadi salah satu penyebab lesunya pergerakan indeks LQ45. Di sisi lain, investor domestik yang kini mendominasi bursa cenderung lebih menyukai saham lapis dua.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, secara year to date (ytd)hingga 26 Maret 2021, indeks LQ45 hanya mampu terapresiasi 3,94 poin atau 0,42 persen, underperformed dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan yang menguat 3,62 persen dalam periode yang sama.

Adapun, indeks saham-saham small medium caps (SMC) terpantau mencetak kinerja lebih baik dibandingkan indeks LQ45, seperti indeks SMC Composite yang menguat 5,59 persen secara ytd, dan indeks ISX SMC Liquid yang naik 2,49 persen secara ytd.

Direktur Panin Asset Manajemen Rudiyanto mengatakan saham-saham lapis utama seperti penghuni indeks LQ45 biasanya menjadi favorit bagi investor asing. Sayangnya, saat ini investor asing masih belum sepenuhnya kembali masuk ke pasar Indonesia.

“Asing sempat masuk banyak tapi belakangan karena kenaikan US Treasury itu jadi keluar juga. Jadi saat ini transaksi asing belum terlalu deras sehingga pergerakan big caps juga kurang tenaga,” katanya kepada Bisnis, Minggu (28/3/2021)

Mengacu dari data BEI, sepanjang tahun berjalan asing memang masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) Rp296 miliar. Namun, jumlah tersebut belum mampu mengompensasi aksi net sell sepanjang 2020 lalu yang mencapai Rp47,8 triliun.

Di sisi lain, Rudiyanto menilai investor domestik yang kini menguasai pasar modal Indonesia cenderung lebih menyukai saham-saham lapis dua, sehingga kinerja indeks SMC mengungguli indeks LQ45.

“Dominasi investor lokal masih tinggi, dimana investor lokal tidak punya referensi dan kelihatannya mereka lebih senang saham SMC karena potensi return-nya lebih tinggi,” imbuhnya.

Alhasil, dia menilai di awal tahun ini saham-saham SMC lebih berkontribusi menopang pergerakan pasar saham keseluruhan dibandingkan dengan saham-saham besar penghuni indeks LQ45.

Meskipun demikian, hingga akhir 2021 nanti, saham-saham lapis pertama dinilai masih prospektif. Terlihat dari proyeksi IHSG yang masih tetap dipertahankan di kisaran 6700—7000 di akhir tahun.

Menurut Rudiyanto, untuk mencapai level tersebut, peran saham-saham besar akan menjadi penggerak utama IHSG sehingga indeks LQ45 pun akan turut terkerek, meski belum tentu akan mengungguli indeks SMC.

Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa meski memiliki pergerakan yang agresif, saham-saham SMC perlu diwaspadai karena sangat sensitif terhadap sentimen. Adapun, tren secara sektoralnya berubah sangat cepat.

“SMC itu sentimennya berotasi terlalu cepat. Kita sempat sibuk soal saham farmasi, naik semua tapi habis itu pada nyangkut. Lalu trennya ke logam, INCO, ANTM, lalu pindah ke bank digital. Saya nggak yakin ritel akan konsisten,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper