Bisnis.com, JAKARTA - Emiten distributor BBM, PT AKR Corporindo Tbk., optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan laba dua digit pada tahun ini seiring dengan prospek pemulihan ekonomi.
Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo mengatakan AKRA akan memacu monetisasi dari investasi yang telah dilakukan perseroan dalam 5 tahun terakhir.
Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan pertumbuhan dua digit kinerja perseroan yang berhasil diraih tahun lalu kendati diterpa banyak tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Haryanto menjelaskan bahwa perseroan telah menginvestasikan hingga Rp7 triliun dalam 5 tahun terakhir, termasuk di bidang infrastruktur logistik, konektivitas, jaringan pom bensin, hingga pengembangan kawasan industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE).
“Kami yakin ke depan kami bisa tumbuh dobel digit karena bisnis model kami yang terbukti kuat dan dengan monetisasi daripada aset yang sudah kami investasikan dalam 5 tahun terakhir,” ujar Haryanto, Kamis (25/3/2021).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham AKRA itu mencatatkan pendapatan sebesar Rp17,7 triliun pada 2020. Perolehan itu turun 18,4 persen dari perolehan 2019 sebesar Rp21,7 triliun.
Baca Juga
Kendati demikian, AKRA membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp929,21 miliar, tumbuh 29,4 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar Rp714 miliar.
KEK JIIPE
Haryanto menjelaskan, selain dengan pengembangan proyek pom bensin joint venture dengan BP Petroleum untuk memanfaatkan pertumbuhan permintaan BBM dan Avtur, AKRA juga akan fokus terhadap penjualan lahan industri JIIPE tahun ini.
Pasalnya, ketika pendapatan seluruh segmen bisnis AKRA terkontraksi pada 2020, hanya segmen kawasan industri yang berhasil mencetak pertumbuhan 17,6 persen menjadi Rp319,39 miliar.
Saat ini, balance sheet JIIPE sebesar Rp6 triliun yang merupakan terdiri atas stok lahan industri dengan luas lahan mencapai 1.200 hektare yang siap untuk dijual.
Sebagai informasi, total lahan 1.200 hektare tersebut baru berupa lahan yang telah dibebaskan AKRA dari total luas 1.800 hektare yang tertera dalam izin pengembangan perseroan.
Haryanto pun menjelaskan aset lahan industri siap jual itu menjadi bekal pertumbuhan perseroan dan dapat dimonetisasikan dalam 5 hingga 8 tahun ke depan.
“Kami telah membukukan penjualan tanah seluas 14 hektare per Maret 2021. Hal ini akan secara signifikan meningkatkan profitabilitas kami pada kuartal I/2021,” papar Haryanto.
AKRA menargetkan dapat menjual lahan 30 hektare-35 hektare pada 2020, lebih tinggi daripada total pra penjualan 2020 sekitar 25 hektare.
Implementasi UU Cipta Kerja, dukungan pemerintah menjadikan JIIPE sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK), luas lahan, dan berbagai fasilitas yang disediakan perseroan diyakini dapat menggaet banyak investor domestik maupun asing.
Di sisi lain, AKRA berhasil mencatatkan arus kas operasi bersih naik hingga 62 persen menjadi Rp1,06 triliun. Neraca keuangan juga menunjukkan performa yang kuat dengan menurunnya porsi hutang terhadap ekuitas menjadi 22 persen dari posisi akhir 2019 sebesar 36 persen.
AKRA mengalokasikan capital expenditure (capex) pada 2021 sekitar Rp250 miliar-Rp300 miliar yang akan digunakan untuk ekspansi di ritel dan lain-lain. Alokasi capex itu akan berasal dari kantong internal perseroan.