Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen keramik, PT Arwana Citramulia Tbk. (ARNA) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10 persen pada 2021. Efisiensi pun dilakukan guna tetap menjaga pertumbuhan laba bersih dua digit.
Direktur Keuangan Arwana Citramulia Rudy Sudjanto menuturkan perseroan menargetkan margin laba kotor akan naik sekitar 2,5 persen menjadi 34 persen pada 2021.
"Pendapatan tersebut bersumber dari perbaikan ASP sebesar 2,5 persen karena produk campuran dan tambahan 3 juta produksi dari line 5B yang berupa glaze porcelain," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (23/3/2021).
Emiten bersandi ARNA ini pun menargetkan penurunan harga pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS) sebesar 1,3 persen karena penurunan konsumsi gas sebesar 5 persen.
Selain margin laba kotor yang membaik, faktor penggandanya adalah target pertumbuhan volume penjualan sebesar 10 persen pada 2021. Artinya, penjualan ditargetkan mencapai Rp2,43 triliun.
"Dengan gearing ratio yang 0 persen, maka beban keuangan juga akan turun dan pendapatan dari bunga deposito juga akan naik karena kas dan setara kas yang semakin bertumbuh," urainya.
Baca Juga
Sepanjang 2020, ARNA berhasil membukukan pertumbuhan kinerja pada 2020 kendati dibayangi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham ARNA itu mencatatkan pertumbuhan penjualan 2,7 persen pada 2020 menjadi Rp2,21 triliun dibandingkan dengan pendapatan 2019 sebesar Rp2,15 triliun.
Kendati penjualan naik, ARNA berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi Rp1,5 triliun pada 2020, dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp1,58 triliun.
Oleh karena itu, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp323,57 miliar, tumbuh 49,8 persen daripada perolehan 2019 sebesar Rp215,53 miliar.
Pada perdagangan Selasa, harga saham ARNA turun 1,97 persen atau 15 poin ke level 745. Adapun, sepanjang tahun berjalan, saham ARNA sudah naik 9,56 persen dengan total kapitalisasi pasar Rp5,47 triliun.