Bisnis, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada akhir sesi II perdagangan, seiring dengan proyeksi ekonomi Indonesia yang masih negatif pada kuartal I/2021.
IHSG terkoreksi 0,77% atau 48,42 poin ke level 6.252,71 pada Selasa (23/3), seluruh indeks sektoral melemah kecuali indeks sektor perindustrian. Indeks sektor teknologi turun paling dalam 3,07% ke level 2.956,52.
Aksi jual bersih investor asing mencapai Rp191,98 miliar di pasar regular. Saham BBCA menjadi sasaran jual asing dengan net sell Rp242,2 miliar. Saham BBCA juga turun 0,83% menjadi 32.825.
Investor mencermati pembaruan APBN 2021 pada konferensi pers pukul 10.00 WIB hari ini oleh Menteri Keuangan. Menkeu Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021 akan mencapai antara minus 1% hingga minus 0,1%. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 4,5% hingga 5,3%.
Selain itu, pelaku pasar juga masih bersikap wait and see terkait dengan pergerakan yield US Treasury yang diyakini akan cenderung meningkat hingga beberapa bulan ke depan seiring dengan pernyataan Presiden AS Joe Biden untuk mempersiapkan stimulus senilai US$3 triliun.
Berikut ini pergerakan beberapa sektor yang memengaruhi IHSG hasil analisis Bisnis Indonesia Resources Center:
Industri Konsumsi
Indeks sektor konsumsi bergerak ke zona merah ke level 1.732,85 atau turun 0,18%.
Saham-saham yang mengalami pelemahan di antaranya, saham PT Cahaya Bintang Medan Tbk. (CBMF) turun 6,85% atau 30 poin ke level Rp408, lalu saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) melemah 5,84% atau 18 poin ke level Rp290 dan saham saham PT Hm Sampoerna Tbk. (HMSP) terkoreksi 3,39% atau 50 poin ke level Rp.1.425.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 tumbuh 7%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang mengalami kontraksi 5,32%. Untuk mencapai angka yang diperkirakan, diperlukan upaya dengan pengendalian kasus Covid-19.
Selain itu, program vaksinasi juga berjalan sesuai target di mana 46% populasi sudah menerima vaksin pada akhir tahun. Terakhir, kegiatan ekonomi secara perlahan berangsur normal sepanjang tahun ini.
Pertambangan
Sektor pertambangan mengalami pelemahan 0,16% atau 2,91 poin ke posisi 1.857,88.
Komponen pelemahan sektor ini dipimpin oleh PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) yang melemah 3,17% ke level Rp610, PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) drop 2,91% ke level Rp200 dan PT Timah Persero Tbk. (TINS) terkoreksi 2,82% ke level Rp1.725.
Pemerintah menetapkan harga jual batu bara penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum maksimal sebesar US$70 per ton. Melalui aturan ini, penghematan disebut bisa mencapai belasan triliun rupiah. Penghematan ini terjadi ketika harga batu bara di pasar mencapai di atas US$70 per ton, sementara harga batu bara untuk pembangkit listrik dibatasi maksimal US$70 per ton.
Aneka Industri
Sektor aneka industri mengalami pelemahan 0,20% atau 2,11 poin ke posisi 1.039,97.
Saham yang bergerak ke zona merah di antaranya, PT Goodyear Indonesia Tbk. (GDYR) yang turun 5,15% ke level Rp1.750, disusul saham PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) terkoreksi 2,8% ke level Rp885 dan saham PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) turun 2,80% ke level Rp1.215.
Menteri Keuangan Sri Mulyani tengah menggodok aturan untuk stimulasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan untuk mobil baru di atas 1500 cc hingga 2500 cc. Sebelumnya, pemerintah telah memberikan stimulus PPnBM melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 20/PMK.010/2021 tentang PPnBM Atas Penyerahan Barang Kena Pajak Kendaraan Bermotor Tertentu yang Ditanggung Pemerintah.
Pertanian
Sektor pertanian memimpin penguatan 1,43% ke posisi 1.493,85. Penguatan ini di topang saham PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) yang naik 8,94% ke level Rp134, lalu saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) menguat 1,06% ke level Rp1.430 dan saham Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) tumbuh 0,97% ke level Rp520.
Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali bergerak positif tercatat harga CPO untuk kontrak Juni 2021 sempat mencapai harga tertinggi pada RM 4.011/ ton sebelum tiba di harga setelmen di RM 3.940/ton. Level harga ini merupakan kenaikan yang tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Salah satu katalis positif yang mendukung rebound harga minyak kelapa sawit adalah kenaikan ekspor yang terjadi jelang perayaan Ramadan serta festival musim semi di India atau Holi. Data dari Intertek Testing Services menyebutkan total ekspor CPO Malaysia dalam rentang 1–20 Maret 2021 adalah sebesar 734.463 ton, atau naik 5,17% secara month-to-month. Kenaikan pembelian utamanya dilakukan oleh India dan negara-negara di kawasan Eropa.
Industri Dasar
Sektor industri dasar mengalami pelemahan 1,90% atau 19,06 poin ke posisi 982,35.
Beberapa saham terpantau mengalami pelemahan antara lain saham PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) melemah 6,81% ke level Rp1.300, lalu saham PT Berkah Beton Sadaya Tbk. (BEBS) terkoreksi 6,36% ke level Rp515 dan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) turun 6% ke level Rp1.880.
JPFA menerbitkan sustainability-linked bond senilai US$350 juta atau setara Rp5,04 triliun (kurs Rp14.424 per dolar AS). Penerbitan tersebut menjadikan sustainability-linked bond pertama dari industri agribisnis makanan dan menjadi sustainability-linked bond pertama yang diterbitkan dengan denominasi dolar AS dari Asia Tenggara.
Dana hasil obligasi akan digunakan untuk refinancing obligasi senilai US$250 juta yang akan jatuh tempo pada 2022 dan untuk keperluan umum perseroan, termasuk tetapi tidak terbatas pada belanja modal, modal kerja, dan refinancing utang lainnya.
Keuangan
Sektor keuangan ditutup melemah 0,84% atau turun 12,38% ke posisi 1.461,341.
Saham yang bergerak ke zona merah di antaranya PT Bank Mayamada International Tbk (MAYA) yang turun 6,79% ke level Rp3.890, saham PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) melemah 6,19% ke level Rp530 dan saham PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) terkoreksi 3,46% ke level Rp1.150.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan 10 poin ke level Rp14.396/US$ dari penutupan sebelumnya Rp14.407/US$.
Bank Indonesia telah melakukan penurunan suku bunga acuan hingga ke level terendah 3,5%. Namun, hal ini belum diikuti oleh penurunan bunga kredit perbankan. Dari sisi kelompok bank, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) tertinggi hingga Januari 2021 tercatat pada bank-bank BUMN sebesar 10,80%. SBDK diperkirakan BI akan turun pada Maret 2021
Properti
Indeks sektor properti mengalami pelemahan 1,36% atau 5,26 poin ke posisi 381,697.
Saham-saham yang mengalami pelemahan diantaranya PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS) yang turun 6,76% ke level Rp69, lalu saham PT DMS Propertindo Tbk (KOTA) melemah 6,54% ke level Rp486 dan saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) terkoreksi 4,96% ke level Rp1.245.
Insentif down payment 0% dan pajak yang ditanggung pemerintah bagi segmen hunian rumah tapak dan rumah susun memberikan keuntungan untuk pengembang besar. Ini tampak dari kesiapan rumah siap huni , keunggulan secara branding maupun sumber daya dan media promosi. Salah satu pengembang yang gencar menjalankan promosi untuk mengoptimalkan insentif adalah PT Modernland Realty Tbk (MDLN).
Seperti diketahui dalam Peraturan Menteri Keuangan No.21/2021, pemerintah akan menanggung seluruh atau 100% PPN untuk rumah tapak dan rumah susun dengan harga jual paling tinggi Rp2 miliar. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif dengan menanggung 50% PPN untuk harga jual rumah lebih dari Rp2 miliar sampai dengan Rp5 miliar.
Infrastruktur
Indeks sektor infrastruktur bergerak ke zona merah atau turun 1,00% atau 10,58 poin ke posisi 1.049,06.
Saham yang terpantau mengalami pelemahan antara lain saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) melemah 6,80% ke level Rp1.575, lalu saham PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) turun 4,46% ke level Rp107 dan saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) terkoreksi 3,93% ke level Rp1.345.
Uni Emirat Arab memastikan akan berinvestasi US$10 miliar setara dengan Rp144 triliun pada Sovereign Wealth Fund (SWF) yang dikelola Lembaga Pengelola Investasi. Pendanaan SWF ini sebagian besar untuk sektor infrastruktur yang membutuhkan modal jumbo dan sektor itu meliputi jalan tol, bandara, pelabuhan, hingga infrastruktur digital yang dinilai harus dikembangkan dengan cepat.
Dalam jangka panjang kebutuhan dana pengembangan infrastruktur di Indonesia diperkirakan mencapai US$460 miliar atau setara Rp6.633 triliun (asumsi kurs Rp14.421 per dolar AS). Saat ini terdapat 34 aset jalan tol, empat proyek bandara, dan empat proyek pelabuhan yang akan ditawarkan Lembaga Pengelola Investasi. Lebih terperinci, proyek jalan tol tersebut terdiri atas 14 proyek tol milik PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), 15 tol PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), dan lima tol milik PT Hutama Karya.
Perdagangan
Sektor perdagangan mengalami pelemahan sebesar 0,45% atau 3,95 poin ke level 807,121.
Pergerakan sektor ini diberati oleh saham PT Tunas Ridean Tbk (TURI) yang melemah 6,92% ke level Rp1.210, saham Viva Media Asia Tbk (VIVA) terkoreksi 6,25% ke level Rp60 dan saham Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) drop 4,48% ke level Rp2.560.
IGD Asia Pasifik memprediksikan pasar serba ada di Indonesia bernilai US$169,4 miliar. Lembaga riset pasar Neuosensum memproyeksikan sebanyak 48% konsumen Indonesia akan membeli bahan makanan secara daring pada Ramadan 2021 yaitu dari pertengahan April hingga Mei. Sementara itu, 33% lebih banyak konsumen akan membeli bahan non-bahan makanan secara daring.
Di sisi lain, pengecer tradisional diperkirakan makin terjepit terhadap toko serba ada dengan peningkatan pangsa pasar mereka dari 8,6% pada 2020 menjadi 9,3% pada 2022. Ritel grosir daring juga akan berkembang dari 0,3% pada 2020 menjadi 0,5% pada 2022.
Indeks Bisnis-27
Pada bagian lain, Indeks Bisnis-27 turun 0,09% ke level 511,87 pada penutupan perdagangan. Penurunan Indeks Bisnis-27 ini masih lebih rendah dari indeks komposit yang terkoreksi hingga 0,77%.
Saham INKP memimpin penurunan mencapai 3,81% menuju level 12.000. Sementara itu, saham INDF justru melejit 5,12% ke level 6.675.
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, emiten dengan kode saham INDF ini membukukan pendapatan senilai Rp81,73 triliun. Realisasi itu naik 6,70% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp76,59 triliun. Kemudian laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami kenaikan sebesar 31,52% menjadi Rp6,45 triliun.