Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manajemen Akbar Indo Makmur (AIMS) Sebut Sahamnya Kemahalan, Kenapa?

Manajemen mengimbau kepada pemegang saham AIMS untuk menahan diri dan tidak bertransaksi yang bersifat spekulatif, sehingga masuk pantauan Bursa.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Manajemen emiten perdagangan batu bara PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. (AIMS) berpendapat harga sahamnya yang terlampau tinggi tidak mencerminkan fundamental perusahaan.

Direktur Akbar Indo Makmur Stimec Aditya Hutama Putra menyampaikan lonjakan saham AIMS yang terjadi pada awal Maret 2021 membuat perdagangan sahamnya disuspensi atau dihentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Pergerakan saham ini terjadi di luar pemegang saham utama perseroan. Tidak ada transaksi dari pemegang saham AIMS di atas 5 persen, jadi murni ritel,” tuturnya dalam paparan publik, Selasa (16/3/2021).

Kronologinya pada Senin 1 Maret 2021, saham AIMS bertengger di level Rp133. Pada Selasa 2 Maret 2021, sahamnya melonjak 34,59 persen menjadi Rp179.

Kemudian, pada Rabu 3 Maret 2021, saham AIMS Kembali melompat 34,08 persen menuju Rp240. Bursa Efek Indonesia pun mengumumkan terjadi unusual market activity (UMA) terhadap saham tersebut.

Namun, peringatan Bursa seolah tak berpengaruh. Saham AIMS Kembali melonjak 25 persen pada Kamis 4 Maret 2021 menjadi Rp300. BEI pun meminta penjelasan manajemen terkait UMA, setelah itu mengumumkan suspensi saham mulai Jumat 5 Maret 2021.

“Adanya UMA, kemudian suspensi saham AIMS, itu dalam rangka cooling down, karena harga sudah melonjak cepat dari Rp133 ke level Rp300,” imbuhnya.

Dengan demikian, hanya dalam waktu 3 hari saham AIMS melonjak 125,56 persen. Aditya menilai ketegasan Bursa berupa UMA dan suspensi menjadi wajar untuk menenangkan kondisi pasar.

Aditya pun mengimbau kepada pemegang saham AIMS untuk menahan diri dan tidak bertransaksi yang bersifat spekulatif, sehingga masuk pantauan Bursa. Pasalnya, saham yang naik terlalu tinggi juga akan merugikan perseroan.

“Kami mengimbau pemegang saham jangan bertransaksi spekulatif sehingga melanggar aturan Bursa. Bantu manajemen, karena kami ingin bekerja fokus untuk kepentingan perseroan,” paparnya.

Sekretaris Perusahaan Akbar Indo Makmur Stimec Heriman Setyabudi menyampaikan saat suspensi harga saham AIMS sudah melampaui fundamentalnya.

“Secara valuasi PER, kita masih negatif karena pembukuan rugi pada 2020,” jelasnya.

Berdasarkan data paparan publik, AIMS membukukan pendapatan Rp4,71 miliar pada 2020. Sebelumnya pada 2018-2019 perseroan belum membukukan pendapatan sama sekali. Namun, meskipun sudah memiliki pemasukan pada 2020, AIMS masih menderita rugi Rp863 juta.

Sementara itu, berdasarkan rasio price book value (PBV), yakni ekuitas nilainya berkisar 5,17 kali. Nilai buku (BV) diambil dari ekuitas Rp12,77 miliar pada 2020 dibagi jumlah saham beredar 220 juta saham. Kemudian, harga saham Rp300 dibagi nilai buku 58,07.

“Untuk melihat valuasi, selain PBV dan PER juga dibandingkan dengan industri sejenis. Menurut saya harga wajar saham AIMS itu berkisar Rp130-Rp140, ” imbuhnya.

Pada penutupan perdagangan Selasa (16/3/2021), saham AIMS anjlok 6,54 persen atau 14 poin menjadi Rp200. Kapitalisasi pasarnya Rp44 miliar, dengan PER -52,65 kali.

Susunan pemegang saham AIMS adalah PT Aims Indo Investama 77,27 persen, Efendi Leman 5,03 persen, Komut Paido Panggabean 0,00 persen, dan publik 17,7 persen.

Uniknya, sambung Heriman, kepemilikan saham AIMS tersebar di kurang lebih 60 sekuritas. Artinya, sekitar setengah dari total sekuritas yang ada di Tanah Air memperdagangkan saham AIMS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper