Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Melemah, 7 Indeks Sektoral Tertekan

IHSG ditutup terkoreksi 0,53 persen atau 33,95 poin ke level 6.324,26 setelah bergerak dalam kisaran 6.324,26-6.387,74.
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan ditutup melemah pada perdagangan Senin (15/3/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,53 persen atau 33,95 poin ke level 6.324,26 setelah bergerak dalam kisaran 6.324,26-6.387,74.

Sebanyak 253 saham menguat, 233 saham melemah, sedangkan 153 saham lainnya stagnan. Volume transaksi hingga menjelang akhir perdagangan mencapai 20,94 miliar saham dengan nilai Rpp10,76 triliun.

Sementara itu, investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell mencapai Rp155,82 miliar di pasar reguler pada hari ini. Aksi jual asing terbesar tercatat dialami saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan total net sell Rp126,8 miliar.

Sementara itu, saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk juga menjadi sasaran jual investor asing hari ini. Saham dengan kode TKIM tersebut mencatat net sell hingga Rp28,1 miliar.

Sebanyak 7 dari 11 indeks sektoral dalam klasifikasi IDX-IC ditutup melemah, dipimpin oleh sektor barang baku (IDXBASIC) yang terkoreksi 1,22 persen.

Sebanyak 4 sektor lainnya ditutup menguat dan menahan pelemahan IHSG lebih lanjut. Sektor transportasi (IDXTRANS) menguat paling tajam dengan kenaikan 4,79 persen.

Pelemahan IHSG terjadi di saat Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan pada bulan Februari 2021 sebesar US$2,01 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan ini terjadi akibat kenaikan ekspor yang lebih tinggi dari posisi impor. Kendati demikian, dia melihat kinerja ekspor dan impor cukup mengembirakan.

Dari data BPS, ekspor sepanjang Februari tercatat US$15,27 atau tumbuh 8,56 persen dibandingkan Februari 2020 sebesar US$14,06 miliar. Posisi ini juga lebih besar dari posisi ekspor 2019 sebesar US$12,79 miliar. 

"Perkembangannya menggembirakan dan kalau mundur ke belakang lagi, sejak November 2020 ekspor kita selalu tumbuh positif secara yoy [year on year]," kata Suhariyanto dalam rilis BPS, Senin (15/3/2021).

Namun secara bulanan, angka ekspor ini lebih rendah dari bulan sebelumnya setelah turun tipis 0,19 persen. "Terjadi karena adanya penurunan ekspor migas sebesar 2,63 persen," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper