Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada awal perdagangan hari ini, Jumat (5/3/2021).
IHSG bergerak melemah 0,54 persen atau 33,85 poin ke level 6.256,95 pada pukul 09.10 WIB, setelah dibuka melemah 0,44 pesen ke level 6.263,04.
Sebanyak 87 saham menguat, 287 melemah, dan 126 saham stagnan.
Di sisi lain, investor asing mencatatkan aksi beli bersih atau net sell pada awal perdagangan sebesar Rp89,26 miliar. Asing paling banyak mengincar saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp27 miliar. Saham BBCA terpantau menguat 1,79 persen.
Kemudian, investor asing juga memborong saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp6,9 miliar. Saham BMRI terpantau stagnan di level Rp6.550.
Sementara itu, sebanyak 10 dari 11 indeks sektoral dalam klasifikasi IDX-IC terpantau melemah. Pelemahan dipimpin oleh sektor industri dasar yang terkoreksi 2,06 persen, disusul sektor barang baku yang melemah 1,86 persen.
Baca Juga
Di sisi lain, hanya sektor finansial yang menguat dan menahan pelemahan IHSG lebih lanjut dengan kenaikan 0,23 persen.
IHSG melemah sejalan dengan bursa saham lainnya di Asia yang juga bergerak di zona merah. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang terpantau melemah masing-masing 0,81 persen dan 1,62 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng terkoreksi 1,74 persen.
Dilansir Bloomberg, bursa Asia melemah menyusul koreksi tajam bursa saham Amerika Serikat karena kekecewaan pasar terhadap bank sentral AS Federal Reserve yang dinilai tidak menunjukkan sikap yang jelas terhadap pergerakan pasar obligasi yang bikin waswas.
Imbal hasil obligasi AS telah mencapai 1,5 persen dan telah memicu kekhawatiran akan valuasi saham yang terlalu mahal.
Dalam acara yang digelar Wall Street Journal secara online, Gubernur The Fed Jerome Powell memang "khawatir" terhadap pasar obligasi akhir-akhir ini. Tapi ini dia tidak juga menawarkan langkah atau kebijakan untuk meredam gejolak yang ada di pasar obligasi.
“Masuk akal dan intuitif bahwa imbal hasil Treasury harus naik kembali ke 1,50 persen atau 2 persen, tetapi kami prihatin dengan pasar lainnya tentang kecepatan pencapaiannya,” kata Mona Mahajan, ahli strategi investasi di Allianz Global Investors LLC, seperti dikutip Bloomberg.