Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Holding BUMN Baterai Bakal Rampung, Saham Antam Malah Lesu

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/3/2021), saham ANTM turun 3,97 persen atau 100 poin menjadi Rp2.420. Sepanjang hari ini, saham ANTM bergerak di rentang Rp2.350-Rp2.520.
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), sebagai salah satu anggota Holding BUMN Baterai atau Industry Battery Indonesia (IBI), belum terpantik proyeksi rampungnya perusahaan jumbo tersebut dalam 1 bulan-2 bulan ke depan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/3/2021), saham ANTM turun 3,97 persen atau 100 poin menjadi Rp2.420. Sepanjang hari ini, saham ANTM bergerak di rentang Rp2.350-Rp2.520.

Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp58,15 triliun, dengan price to earning ratio (PER) 52,19 kali. Saham ANTM menurun bersama mayoritas saham emiten logam lainnya seperti PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), seiring dengan koreksi harga komoditas.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara menyebut proses pembentukan holding baterai untuk ekosistem kendaran listrik akan rampung dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan hingga saat ini proses pembentukan holding tersebut masih terus berlangsung. Namun, menurutnya proses itu sudah mendekati tahapan final.

"Dalam prosesnya saat ini mungkin tidak akan lama lagi EV baterai, holding ini akan jadi tidak lama, hampir sebulan, dua bulan selesai. Ini akan menjadi sebuah perusahaan yang menghasilkan EV baterai dan mengusai dari hulu ke hilir," ujarnya dalam acara Prospek Pembentukan Holding Baterai, Kamis (4/3/2021).

Arya mengungkapkan, nantinya setelah holding ini terbentuk, akan ada banyak perusahaan-perusahaan joint venture (JV) yang akan dibentuk dari segala lini bisnis.

"Ini JV holding baterai dengan Antam, precussor dan katoda ini JV holding dengan Pertamina misalnya, kemudian nanti juga battery cell dan battery pack ini JV holding baterai dengan Pertamina dan PLN. kemudian ESS assembling itu adalah JV antara holding baterai dengan PLN misalnya, kemudian untuk recycling itu JV holding baterai dengan Pertamina," ungkapnya.

Ketua Tim Kerja Percepatan Pengembangan V Battery Agus Tjahjana menjelaskan tim ini telah dibentuk sejak Februari 2020. Keempat perusahaan itu diberi mandat langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

"Namanya IBI ini adalah holding 4 perusahaan, kira-kira kita akan share seperempat-seperempat, Industry Battery Indonesia," katanya.

Agus mengatakan, investasi yang akan dikeluarkan nantinya sangat tergantung dengan kapasitas baterai yang akan dibuat. Untuk di hulu, pihaknya akan membuat sekitar 195 gigawatt/hour dengan sekitar 150.000 nikel per tahun dalam dua tahap.

Pada tahap awal perusahaan akan membuat baterai dengan kapasitas 30 GW per hour yang akan direalisasikan pada 2026-2030. Setelah itu, kapasitas akan ditingkatkan menjadi 140 GW/hour atau sekitar 70 persen dari 195 GW/hour.

"Berarti nanti sisanya di ekspor dalam belum cell, investasinya US$13 miliar, nah kalau bisa sampai 140 GW/hour atau 70 persen dari 195 GW/hour itu hampir mencapai US$17 miliar, tentu investasi bersama," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper