Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menyebut kepemilikan perseroan di ruas tol Serang—Panimbang bisa dilepas ke Indonesia Investment Authority (INA).
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan proyek investasi yang dilakukan perseroan khususnya di bidang infrastruktur, pengairan, hingga energi berpeluang untuk diajukan ke INA.
“Dari beberapa proyek ini memang yang kemungkinan bisa kita kerjasamakan dengan INA adalah yang jalan tol Serang-Panimbang,” kata Agung, Kamis (4/3/2021).
Adapun, saat ini emiten dengan kode saham WIKA itu masih mengerjakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang ditargetkan rampung pada 2022. Selain itu, ada pula pembangunan 12 bendungan di seluruh Indonesia.
Proyek-proyek tersebut, baik yang sudah beroperasi maupun dalam proses konstruksi, disebut Agung tentunya bisa mendapatkan pendanaan dari INA untuk mengurangi leverage perseroan. Selain itu, opsi divestasi untuk asset recycle juga bisa dilakukan.
“Kami berharap INA ini untuk prioritas pertama adalah untuk proyek jalan tol, selain memberi efek multiplier terhadap perekonomian tentunya memang ini yang menjadi harapan daripada BUMN Karya khususnya WIKA,” ujar Agung.
Baca Juga
Lebih lanjut, Agung memaparkan WIKA memiliki porsi di beberapa BUJT [badan usaha jalan tol] yang juga berpotensi dilepas perseroan di masa depan.
Beberapa di antaranya a.l. jalan tol Soreang-Pasir Koja yang saat ini sudah beroperasi dengan kepemilikan saham 30 persen, jalan tol Serang-Panimbang yang masih proses konstruksi dengan kepemilikan saham 83,4 persen.
Selanjutnya jalan tol Semarang—Demak juga dalam proses konstruksi dan dua jalan tol lain di luar Pulau Jawa yang sudah beroperasi yaitu jalan tol Manado—Bitung (20 persen) dan tol Balikpapan—Samarinda (16,9 persen).
Adapun, WIKA berencana melakukan divestasi aset di Terminal Peti Kemas Belawan tahun ini. Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Vijaya Karya mengatakan bahwa perseroan terus mengkaji sejumlah aset yang bisa didivestasikan dalam rangka asset recycling.
“Tahun ini kita merencanakan akan melepas salah satu penyertaan kita di Terminal Peti Kemas di Sumatera Utara,” kata Vijaya kepada Bisnis.
Saat ini, WIKA memiliki 15 persen saham di PT Prima Terminal Peti Kemas bersama PT Pelindo I (Persero) dan PT Hutama Karya (Persero) sejak 2013.
Perusahaan patungan itu bergerak di bidang jasa pelayanan operasi kapal, operasi lapangan, dan yang berkaitan dengan terminal peti kemas.
Divestasi aset WIKA di Terminal Peti Kemas Belawan itu saat ini belum dipastikan bakal diserap oleh lembaga pengelola investasi (sovereign wealth fund) Indonesia Investment Authority (INA) yang baru saja memiliki dewan direksi lengkap.