Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten unggas PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) pada kuartal IV/2020 di atas konsensus analis. Sahamnya pun tetapi direkomendasikan beli.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Emma A. Fauni menuturkan hasil rilis kinerja emiten bersandi JPFA sepanjang 2020 menunjukkan adanya perbaikan dan kinerja ciamik pada kuartal IV/2020.
Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) merilis hasil pendapatan tahun penuh 2020, yang menunjukkan laba bersih sebesar Rp917 miliar tergerus 48,1 persen dari periode 2019.
"Hal ini menyiratkan hasil kuartal IV/2020 yang solid sebesar Rp666 miliar turun secara tahunan 8,7 persen, tetapi secara kuartalan kinerja kuartal IV/2020 tumbuh 546,1 persen dari kuartal III/2021," jelasnya, Senin (1/3/2021).
Hasil tahun penuh 2020 pun mencapai kinerja 206 persen dan 200 persen dari estimasi penghasilan tahun penuh 2020 yang diperkirakan oleh Mirae dan konsensus.
Pendapatan tahun penuh mencapai Rp36,965 triliun, turun 4,9 persen, masing-masing mencapai 106 persen dan 107 persen dari perkiraan Mirae dan konsensus.
"Hasil kuartal IV/2020 yang solid terutama disebabkan oleh peningkatan yang kuat di segmen pembiakan unggas (DOC) selain pemulihan di segmen peternakan komersial (broiler) dan akuakultur," katanya.
Selain itu, margin operasi pembiakan unggas pulih menjadi 21,6 persen padahal pada kuartal III/2020 hanya 9,2 persen. Mirae Asset juga mencatat pertumbuhan penjualan yang kuat datang dari segmen akuakultur pada kuartal IV/2020 pasca pendirian perusahaan patungan atau joint venture (JV) dengan Hendrix Genetics Aquaculture B.V.
"Lebih banyak warna dan pandangan untuk diikuti karena perusahaan akan mengadakan panggilan konferensi hari ini. Rekomendasi terakhir kami pada JPFA Buy dengan target price [TP] Rp2.200 per lembar saham," ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021, pendapatan emiten bersandi JPFA tersebut sebesar Rp36,96 triliun, turun 4,9 persen dari periode 2019 yang sebesar Rp38,87 triliun.
Dari sisi beban, sebenarnya beban perseroan tidak terlalu berbeda dengan periode sebelumnya. Namun, tercatat beban umum dan administrasi sedikit meningkat menjadi Rp3,24 triliun dari periode 2019 yang sebesar Rp3,17 triliun.
Beban lainnya juga meningkat dari Rp167,7 miliar menjadi Rp236,68 miliar pada 2020. Selain itu, pendapatan lainnya menurun menjadi Rp109,46 miliar, padahal pada 2019, emiten unggas ini dapat mencapai Rp158,4 miliar.
Dengan demikian, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pun tergerus menjadi Rp916,7 miliar turun 48,1 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,765 triliun.
Bahkan laba jenis ini turun berturut-turut sejak 2018, pada 2018 JPFA bisa mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,16 triliun.
Earning per share (EPS) atau laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pun turut tergerus menjadi Rp79 per lembarnya, dari periode 2019 yang dapat mencapai Rp151 per lembarnya dan pada 2018 Rp187 per lembarnya.
Dari sisi total aset mencapai Rp25,95 triliun turun tipis dari periode 2019 yang sebesar Rp26,65 triliun. Dengan rincian, aset tidak lancar Rp14,2 triliun dan aset lancar sebesar Rp11,7 triliun.
Dari sisi liabilitas, totalnya pada 2020 mencapai Rp14,53 triliun turun tipis dari kondisi 2019 yang sebesar Rp14,75 triliun. Sementara, liabilitas jangka panjangnya sebesar Rp8,53 triliun dan liabilitas jangka pendek sebesar Rp6 triliun.
Sementara itu, total ekuitasnya sebesar Rp11,41 triliun, turun tipis dari periode 2019 yang sebesar Rp11,89 triliun. Adapun, kondisi kantong alias kas dan setara kas perseroan mencapai Rp1,33 triliun, naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp1 triliun.
Adapun, hingga pukul 11.28 WIB, harga saham JPFA naik 2,61 persen atau 40 poin ke level 1.575 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp18,47 triliun.