Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semakin Lesu, Kurs Jisdor Sentuh Rp14.300

Kurs Jisdor berada di level Rp14.300 per dolar AS, melemah 71 poin atau 0,49 persen dari posisi kemarin, Jumat (26/2/2021) Rp14.229 per dolar AS.
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.300 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (1/3/2021)

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.300 per dolar AS, melemah 71 poin atau 0,49 persen dari posisi kemarin, Jumat (26/2/2021) Rp14.229 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 0,27 persen atau 38 poin ke level Rp14.273 per dolar AS pada pukul 09.57 WIB.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah dibuka di zona merah dengan koreksi 0,14 persen atau 20 poin ke Rp14.255.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,071 poin atau 0,08 persen ke level 90,808 pada pukul 10.00 WIB.

Pelemahan rupiah menjadi yang paling dalam dibandingkan dengan mata uang lainnya di kawasan Asia. Menyusul rupiah, ringgit Malaysia melemah 0,09 persen dan yen Jepang terkoreksi 0,06 persen.

Di sisi lain, baht Thailand menjadi yang terkuat di Asia setelah terapresiasi 0,22 persen pada pukul 10.12 WIB, disusul Won Korea Selatan dengan kenaikan 0,2 persen.

Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan sinyal negatif dari data eksternal cukup menguatkan indeks dollar sehingga berakibat terhadap melemahnya mata uang rupiah. 

"Obligasi pemerintah dan khususnya Treasury AS, telah menjadi titik fokus pasar secara global, setelah para pedagang secara agresif mengubah harga dalam pengetatan moneter sebelumnya daripada yang diisyaratkan oleh Federal Reserve dan rekan-rekannya," jelasnya, Jumat (26/2/2021). 

Dia menjelaskan imbal hasil obligasi telah naik tahun ini karena prospek stimulus fiskal besar-besaran di tengah kebijakan moneter yang sangat lunak, yang dipimpin oleh Amerika Serikat. 

Selain itu, percepatan laju vaksinasi secara global juga telah mendukung apa yang kemudian dikenal sebagai perdagangan reflasi, mengacu pada taruhan pada peningkatan aktivitas ekonomi dan harga. 

Namun dalam beberapa hari terakhir, kenaikan imbal hasil obligasi yang disesuaikan dengan inflasi telah dipercepat, menunjukkan keyakinan yang berkembang bahwa bank sentral mungkin perlu mengurangi kebijakan ultra-longgar. 

"Sedangkan untuk perdagangan pekan depan [hari ini], Senin [1/3/2021], mata uang rupiah kemungkinan dibuka dan ditutup melemah di rentang Rp14.230--Rp14.290 per dollar AS," katanya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper