Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tembaga Tembus US$9.000 per ton, Emiten Ini Siap Cuan

Harga tembaga global berhasil menembus level US$9.000 per ton, posisi tertinggi sejak 2012. Pada pertengahan perdagangan pekan ini, harga tembaga bahkan sempat menyentuh level US$9.412 per ton.
Gulungan kawat Tembaga/Bloomberg
Gulungan kawat Tembaga/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten siap mendulang cuan seiring dengan kenaikan harga tembaga global hingga menembus rekor level US$9.000 per ton.

Berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga global berhasil menembus level US$9.000 per ton, posisi tertinggi sejak 2012. Pada pertengahan perdagangan pekan ini, harga tembaga bahkan sempat menyentuh level US$9.412 per ton.

Adapun, pada penutupan perdagangan Jumat (26/2/2021), harga tembaga di bursa London turun 3,56 persen ke posisi US$9.077 per ton. Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2021, harga tembaga masih mencetak kenaikan hingga 18,6 persen.

Analis Sucor Sekuritas Hasan mengatakan bahwa penguatan harga tembaga didukung proyeksi rencana pemerintah China yang semakin gencar melakukan investasi infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Rencana itu akan mendorong permintaan tembaga global karena rencana investasi infrastruktur menyumbang 30-35 persen dari total kebutuhan tembaga China.

Hasan pun merevisi naik asumsi harga tembaga global hingga 6,7 persen ke posisi US$8.000 per ton. Sejalan dengan itu, Hasan menilai sejumlah emiten siap mendapatkan keuntungan dari melejitnya harga tembaga global.

Hasan memproyeksi PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dapat mencetak laba konsolidasi pada 2021 menjadi US$73 juta seiring dengan peluang anak usahanya di sektor tambang mineral, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), mencetak kinerja moncer.

“[Kenaikan harga tembaga] menyebabkan estimasi pendapatan AMNT naik 9,2 persen menjadi US$9 juta,” ujar Hasan seperti dikutip dari publikasi risetnya, Minggu (28/2/2021).

Hingga kuartal III/2020, MEDC membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$130,11 juta. Hal itu berbanding terbalik dengan pencapaian sembilan bulan pertama 2019 yang mencatatkan laba sebesar US$19,27 juta.

Adapun, kinerja itu berhasil dibatasi oleh AMNT yang berhasil mencatat laba pertama kali sejak 2016 sebesar US$1,1 juta. Hal itu seiring dengan selesainya fase 7 di Bukit Hijau sehingga AMNT memproduksi 192 juta pon tembaga dan 73 Koz emas dari bijih tambah dan pengolahan stockpile.

Hasan yakin lonjakan produksi mineral itu akan berlanjut pada 2021 dengan estimasi volume produksi 264 juta pon tembaga dan 100 Koz emas. Dengan demikian, tingginya harga tembaga mendorong pemulihan kinerja MEDC seiring dengan tren kenaikan harga minyak.

Dia merekomendasikan beli untuk MEDC dengan target price Rp850 per seham.

Dalam riset yang berbeda, Hasan juga mengungkapkan bahwa kenaikan harga tembaga menjadi katalis positif bagi emiten pertambangan mineral, PT Merdeka Copper Gold Tbk.(MDKA).

Akibat tren harga tembaga itu, Hasan menaikkan estimasi laba MDKA pada tahun ini hingga 14 persen ke posisi US$86 juta.

Belum lagi, rampungnya proses integrasi tambang tembaga Wetar dan proyek Acid Iron Metal (AIM) milik perseroan sehingga volume produksi tembaga dapat lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

“Kami yakin segmen tembaga MDKA akan meningkat secara signifikan pada 2021 dengan dimulainya operasional tambang Partolang pada akhir kuartal IV/2020 dan kami memperkirakan MDKA dapat menjual sekitar 4.000-4.500 ton tembaga setiap triwulan tahun ini,” papar Hasan.

Hasan merekomendasikan beli MDKA dengan target price Rp3.000 per saham.

Di lantai bursa, penguatan harga tembaga juga telah menjadi katalis positif bagi sejumlah saham emiten yang berkaitan dengan tembaga. Sepanjang tahun berjalan 2021, MDKA berhasil naik 9,27 persen dan parkir di level Rp2.830 pada penutupan perdagangan Jumat (26/2/2021).

Selain itu, MEDC juga naik 9,45 persen secara year to date dan parkir di level Rp695. Kendati demikian, saham pertambangan mineral PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) yang juga memiliki portofolio bisnis tembaga tidak berhasil ikut menguat.

PSAB terkoreksi 15,56 persen sepanjang tahun berjalan 2021 dan parkir di level Rp228.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper