Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Bank Kecil Naik Ratusan Persen, Investor Ritel Harus Waspada

Kenaikan harga saham emiten-emiten perbankan BUKU I dan II ini akibat tren para perusahaan rintisan unicorn yang membeli perbankan guna mendukung ekspansi usaha.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati terdorong sentimen bank digital, investor harus mewaspadai saham bank berkapitalisasi kecil yang melonjak terlampau tinggi.

Sejumlah saham yang menjadi jajaran top gainers Februari 2021 banyak diisi oleh saham-saham perbankan kecil. Pemimpin penguatan harga saham yakni PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk. (BANK) yang meningkat 1.880,58 persen ke level Rp2.040.

Adapun, Bank Net melakukan pencatatan saham perdana pada 1 Februari 2021 dengan harga pelaksanaan Rp103. Dengan demikian, saham BANK sudah meningkat 1.937 poin.

Menyusul BANK, ada PT Damai Sejahtera Abadi Tbk. (UFOE) yang naik 333,66 persen, PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) yang meningkat 305,21 persen. Selain itu, emiten perbankan kecil lainnya yakni PT Bank Artha Graha International (INPC) yang naik 196,88 persen, dan PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) yang naik 185,51 persen.

Emiten perbankan lainnya yang mencatatkan kenaikan harga saham mentereng, diantaranya PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) naik 156,13 persen, Bank Victoria International Tbk. (BVIC) naik 134,55 persen, PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI) naik 129,63 persen.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menuturkan penyebab menterengnya harga saham emiten perbankan kecil karena sentimen bank digital, sehingga semua bank kecil dianggap mendapat sentimen positif.

"Sentimen ini masih bisa berlanjut, tapi saya kira tidak lama ya, karena profit taking itu pasti ada, apalagi saham-saham itu penguatannya sudah ratusan persen," ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (26/2/2021).

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan kenaikan harga saham emiten-emiten perbankan BUKU I dan II ini akibat sedang tren para perusahaan rintisan unicorn yang membeli perbankan guna mendukung ekspansi usaha.

"Untuk saham bank kecil, saat ini sedang ada tren para unicorn dengan produk dompet digital untuk membeli bank guna mendukung ekspansi usahanya dan yang dibeli adalah bank-bank kecil yang akan ditransformasi menjadi bank digital," jelasnya.

Oleh karena itu, ketika ada rumor mengenai bank kecil yang diakuisisi unicorn, bank tersebut akan diburu oleh investor karena jika berkaca pada akuisisi Bank Jago Tbk. mencapai level 2 kali nilai buku saat itu.

Sayangnya, Wawan menilai bank digital adalah proyek jangka panjang karena untuk sosialisasi pasti membutuhkan banyak strategi termasuk urusan 'bakar duit' dengan fokus menambah jumlah pengguna.

"Dengan demikian, apabila investor masuk ke saham bank digital dengan harapan pendapatannya akan besar dalam jangka pendek mungkin harus dianalisa kembali," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper