Bisnis.com, JAKARTA - Laju pemulihan permintaan minyak global yang lebih cepat dibandingkan jumlah pasokan diyakini akan menjadi katalis positif yang membawa harga minyak dunia menembus level US$75 per barel pada tahun ini.
Analis Goldman Sachs, Damien Courvalin dalam risetnya menyatakan, reli harga minyak akan terjadi lebih cepat dan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Hal ini terjadi seiring dengan pemulihan permintaan minyak akan melebihi respons kebijakan penambahan pasokan dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Courvalin memprediksi, tingkat konsumsi minyak dunia akan kembali ke level sebelum pandemi pda Juli 2021. Sementara itu, jumlah pasokan dari negara-negara utama produsen minyak akan inelastis karena kenaikan harga.
Ia melanjutkan, kembalinya keseimbangan di pasar minyak global telah terjadi pada musim dingin tahun ini yang sebelumnya diprediksi akan menghambat reli minyak. Hal tersebut kemudian akan diikuti oleh penambahan produksi minyak harian dari OPEC+ pada musim semi ini.
"Penambahan output dari OPEC+ menurut kami akan berada dibawah tingkat pemulihan permintaan global," jelasnya dikutip dari Bloomberg pada Selasa (23/2/2021).
Selain itu, ia mengatakan saat ini tidak ada penambahan aktivitas produksi minyak dari negara-negara non anggota OPEC+. Hal ini berpotensi menciptakan shortfall pasokan minyak sebesar 900 ribu barel per hari pada tahun ini.
Baca Juga
Lebih lanjut, Courvalin mengatakan reli harga minyak juga didukung oleh sikap investor yang memasang posisi harga minyak untuk skenario reflationary trade.
Seiring dengan hal tersebut, Courvalin memprediksi harga minyak dunia dapat menembus US$70 per barel pada kuartal II/2021, atau lebih tinggi US$10 dari perkiraan sebelumnya.
"Sementara pada kuartal selanjutnya, harga minyak dunia dapat menembus US$75 per barel," ujarnya.