Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk. membukukan pendapatan prapenjualan atau marketing sales senilai Rp3,3 triliun pada 2020.
Direktur Utama Summarecon Agung Adrianto Adhi mengatakan realisasi tersebut berada di atas target prapenjualan yang ditetapkan perseroan senilai Rp2,5 triliun.
“Marketing sales 2020 itu tercapai Rp3,3 triliun, memang kontribusi terbanyak masih di Summarecon Serpong sebesar 40 persen,” kata Adrianto kepada Bisnis, Sabtu (20/2/2021).
Sedangkan sisa kontribusi marketing sales sebesar 60 persen disebut berasal dari proyek perseroan di Bogor, Bekasi, Bandung, Kelapa Gading, Karawang, hingga Makassar.
Emiten dengan kode saham SMRA itu mencatat penjualan paling tinggi berasal dari produk dengan rentang harga Rp1,5 miliar-Rp2 miliar. Walau demikian, Adrianto menunjukkan penjualan untuk produk harga di atas Rp2 miliar masih ada.
Adapun penjualan properti milik SMRA di atas harga Rp2 miliar berasal dari kluster Morizen Residence di Bekasi, kluster Mozart di Serpong, kluster Emily di Bandung, serta apartemen Kensington di Kelapa Gading.
“Sebetulnya penjualan di atas Rp2 miliar itu hampir tidak ada masalah karena pembelinya memang mampu,” tutur Adrianto.
Sebelumnya, SMRA menargetkan marketing sales pada 2020 senilai Rp4,5 triliun menyusul kesuksesan perseroan melewati target marketing sales pada tahun sebelumnya Rp4,1 triliun. Namun, target itu direvisi pada pertengahan tahun lalu menjadi Rp2,5 triliun karena perhitungan perseroan terhadap dampak pandemi.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, Summarecon Agung mencatatkan pendapatan neto senilai Rp3,26 triliun atau turun 26,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp4,40 triliun.
Kontributor pendapatan utama dari pengembang properti turun 14,93 persen menjadi Rp2,32 triliun dari sebelumnya Rp2,72 triliun. Sementara pendapatan berulang (recurring) dari properti investasi anjlok 47,48 persen menjadi Rp601,66 miliar dari sebelumnya Rp1,14 triliun akibat kebijakan pembatasan sosial.
Laba periode berjalan SMRA pun menyusut 92,92 persen menjadi Rp29,40 miliar dari sebelumnya Rp415,61 miliar. Sementara itu, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp12,25 miliar atau kontrak dengan sebelumnya laba Rp314,60 miliar.