Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Mulai Hati-Hati, Wall Street Bergerak Variatif

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,25 persen ke level 31.308,73 dan indeks S&P 500 melemah tipis 0,07 persen. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite menguat 0,38 persen atau 53,96 poin ke level 14.041.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat bergerak variatif pada perdagangan hari ini, Selasa (9/2/2021) setelah mencatatkan reli penguatan enam hari berturut-turut karena investor mulai berhati-hati terhadap valuasi saham yang melonjak.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,25 persen ke level 31.308,73 pada pukul 22.35 WIB. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah tipis 0,07 persen.

Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite menguat 0,38 persen atau 53,96 poin ke level 14.041.

Indeks S&P 500 melemah sekaligus berhenti dari reli enam hari berturut-turut yang dipicu oleh tanda-tanda bahwa pemerintahan Biden akan untuk mengesahkan RUU stimulus yang cukup besar. Sementara itu, bank sentral berjanji akan mempertahankan suku bunga mendekati nol.

Indeks Nasdaq menguat, sementara saham dengan kapitalisasi pasar kecil tergelincir. Obligasi Treasury AS menguat dan dolar AS melemah di hari ketiga berturut-turut.

Perbedaan antara kurva imbal hasil obligasi bertenor lima hingga 30 tahun dan ekuivalennya di Jerman mencapai level terbesar sejak 2011. Hal ini mencerminkan ekspektasi kenaikan inflasi yang lebih kuat di AS.

Valuasi yang yang terus meningkat membuat investor berhenti sejenak saat mereka menyambut positif program vaksinasi yang semakin maju, peningkatan prospek stimulus, dan perlambatan infeksi virus corona di seluruh dunia.

Dengan ekspektasi inflasi mendekati level tertinggi sejak 2013, pertanyaan juga mulai muncul mengenai kapan perdagangan reflasi obligasi dapat mulai mengancam pasar saham.

Kepala ekuitas global Nuveen Saira Malik mengatakan investor saat ini sampai pada titik di mana mereka harus mulai mengkhawatirkan risiko bagaimana meninggalkan stimulus.

“Apakah itu akan menyebabkan ekonomi menjadi terlalu panas, apakah valuasi menjadi terlalu mahal. Itu adalah sesuatu yang akan kita perjuangkan seiring berlalunya waktu," ungkap Malik seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper