Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah proyek kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU) dipercaya dapat mendongkrak pendapatan sekaligus laba emiten BUMN Karya.
Sementara dari sisi pendanaan, walaupun likuiditas tersendat utang, komitmen sovereign wealth fund (SWF) dan pinjaman perbankan pelat merah tetap dapat jadi garansi.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menuturkan pengumuman proyek siap ditawarkan kepada swasta pada 2021 ini oleh Kementerian PUPR akan ditangkap kembali oleh para emiten BUMN Karya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merilis data bahwa secara keseluruhan ada 25 proyek dalam wadah Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) dengan status ready to offer sepanjang 2021. Proyek-proyek tersebut didominasi didominasi oleh proyek konstruksi jembatan dan jalan.
Di sisi lain, terdapat potensi paket konstruksi dengan skema KPBU mencapai 57 paket dalam waktu dekat, dengan nilai investasi Rp469,18 triliun.
"KPBU sendiri dari pihak Badan Usaha, umumnya bakal memajukan Karya Group untuk mengarap proyek-proyek ini. Apalagi seperti PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) memiliki target percapaian target proyek Rp40 triliun di tahun 2021 ini, jika diisi oleh proyek KPBU ini, proyeksinya target proyek tahun ini bakal tercapai dan dapat membukukan laba yang menanjak pula," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/2/2021).
Baca Juga
Dari segi permodalan, memang BUMN karya memiliki beban besar dalam mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Namun, dia menilai karena memiliki label pelat merah, kemungkinan besar akan adanya bantuan pinjaman dari bank di bawah wadah BUMN dan juga bantuan dari program SWF nantinya untuk menopang pengerjaan proyek-proyek pemerintah ini.
Dari sisi pergerakan saham, BUMN khususnya sektor konstruksi dan infrastruktur, melambung tinggi sejak Desember 2020 sampai pada sekitar pekan kedua Januari 2021 ini.
Hal ini dirasa akibat sentimen akan adanya pendanaan dari program SWF yang juga dialokasikan pada pendanaan proyek pembangunan infrastruktur Indonesia.
Sementara, koreksi yang terjadi kemungkinan besar karena saham-saham tersebut sudah menyentuh level wajarnya kembali sebelum terjadi penurunan tajam pada 2020, sehingga dirasa banyak investor melakukan aksi taking profit.
Dia pun masih merekomendasikan beli untuk WSKT dengan target harga di Rp1.850, dan beli untuk WIKA dengan target harga di Rp2.400.
Disclaimer : Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.