Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup berbalik menguat pada Rabu (27/1/2021) seiring dengan sikap investor yang menanti hasil pertemuan The Fed dan rencana penambahan vaksin virus corona dari AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah naik 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS naik tipis 0,03 persen menuju 90,198.
Kinerja rupiah pada hari ini merupakan yang terbaik ketiga di wilayah Asia. Mata uang won Korea Selatan serta rupee India menjadi jawara Asia pada hari ini setelah sama-sama menguat 0,20 persen.
Sementara itu, menyusul dibelakang rupiah adalah ringgit Malaysia yang naik 0,07 persen dan dolar Taiwan yang menguat 0,06 persen. Adapun, mata uang Peso Filipina, yuan China, dan baht Thailand terpantau melemah pada hari ini.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, pergerakan nilai rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen pasar terkait kelanjutan stimulus dari Presiden Joe Biden. Investor juga mencari kejelasan lebih lanjut mengenai jadwal rencana stimulus Covid-19 senilai US$1,9 triliun dari serta keputusan kebijakan moneter Federal Reserve hari ini.
Selain itu, nilai rupiah juga ditopang oleh rencana pemerintah AS untuk menambah pemesanan jumlah dosis vaksin. Tambahan 100 juta vaksin dipesan dari perusahaan Pfizer, sementara 100 juta lainnya dari Moderna.
“Meski demikian penguatan rupiah hari ini terbatas karena dari dalam negeri kasus virus corona resmi mencapai angka 1 juta dan juga konsolidasi dari pasar keuangan di Asia,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (27/1/2021).
Sementara itu, untuk Kamis besok, Yusuf memprediksi nilai rupiah akan bergerak melemah. Hal ini disebabkan oleh sentimen data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dikoreksi oleh IMF.
Prospek negatif perekonomian Indonesia juga ditambah oleh rilis dari Moody's yang menilai prospek pemulihan ekonomi untuk kawasan Asia di tahun ini belum akan merata. Yusuf memperkirakan nilai rupiah besok akan berada di kisaran Rp14.050 hingga Rp14.100