Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah, Kasus Covid-19 Bikin Investor Pasar Uang Ngeri

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (26/1/2021).
Tumpukan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Tumpukan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (26/1/2021). Peningkatan kasus Covid-19 dan tensi China dan AS yang meninggi jadi penyebabnya.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.10 WIB, rupiah melemah 32,5 poin atau 0,23 persen menjadi Rp14.055 per dolar AS. ADapun saat pembukaan rupiah melemah ke level Rp14.052, selama sepekan rupiah bergerak di level Rp13.583 hingga Rp16.625.

Pada Senin (25/1/2021), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup berbalik menguat 0,09 persen atau 12 poin ke level Rp14.022 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,146 poin atau 0,16 persen ke level 90,092.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan hari ini nilai tukar akan mengalami pelemahan. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya tensi antara AS dan China setelah pengiriman kapal perang AS ke Laut China Selatan.

Sementara itu, dari dalam negeri peningkatan kasus virus corona juga akan menekan nilai rupiah. Menurutnya, hal ini akan menjadi sentimen negatif pada pasar keuangan domestik.

"Rupiah diproyeksikan melemah di kisaran Rp14.050 sampai Rp14.100," ujarnya, Selasa (26/1/2021).

Menurutnya, pada perdagangan kemarin sentimen positif penguatan nilai rupiah berasal dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan. Hal tersebut membuat imbal hasil pada instrumen keuangan seperti surat utang pemerintah masih cukup kompetitif.

"Kebijakan ini kemudian membuat investor tetap bertahan di Indonesia," ujarnya.

Di sisi lain, pasar keuangan di Asia juga kompak mengalami penguatan. Hal tersebut didorong oleh persepsi investor terkait pendistribusian vaksin virus corona akan menurunkan angka penularan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper