Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi AS Bikin Rupiah Dibuka Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, pada Senin (25/1/2021) Pukul 09.04 WIB, rupiah dibuka melemah 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp14.055 per dolar AS.
Tumpukan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Tumpukan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, pada Senin (25/1/2021) Pukul 09.04 WIB, rupiah dibuka melemah 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp14.055 per dolar AS.

Sementara itu, mata uang yen Jepang terkoreksi 0,03 persen, won Korea Selatan melemah 0,1 persen, dan yuan China melemah 0,02 persen.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Jumat (22/1/2021) rupiah berada di level Rp14.035 per dolar AS, terkoreksi 0,25 persen. Dalam perdagangan sepekan rupiah, terkoreksi 0,1 persen di saat mayoritas mata uang Asia berhasil terapresiasi.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa sentimen eksternal masih mendominasi pergerakan rupiah sepanjang pekan ini.

Nilai tukar dibayangi kenaikan tingkat imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS untuk tenor 10 tahun yang mendorong penguatan dolar AS.

“Kenaikan yield ini karena ekspektasi pemulihan ekonomi AS dan kenaikan tingkat inflasi AS di masa yang akan datang. Belum lagi, dana stimulus besar yang akan dikucurkan selama masa pemerintahan Joe Biden juga menguatkan ekspektasi tersebut” ujar Ariston kepada Bisnis, Jumat (22/1/2021).

Adapun, pada perdagangan akhir pekan ini indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama menguat 0,07 persen ke posisi 90,192.

Di sisi lain, perpanjangan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah Jawa-Bali hingga 8 Februari 2020 juga telah menekan laju rupiah.

Pada pekan ini, Ariston menilai rupiah berpotensi melanjutkan pelemahannya seiring dengan sentimen yield obligasi AS dan kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus positif Covid-19 di Indonesia masih menjadi fokus utama pelaku pasar.

Selain itu, rupiah juga berpotensi melemah jika pada pertemuan The Fed pekan depan, Ketua Jerome Powell memberikan pernyataan yang dapat menguatkan dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper