Bisnis.com, JAKARTA — Kendati rasa percaya pasar terhadap produk medium term notes (MTN) dinilai belum pulih sepenuhnya, penyerapan surat utang jangka pendek tersebut dinilai masih tinggi tahun ini, seiring dengan banjirnya likuiditas di pasar.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan pasar surat utang negara (SUN) di awal tahun ini ramai peminat, terlihat dari jumlah penararan masuk yang berlimpah.
Namun, dia menilai tingginya minat akan instrumen surat utang tak serta merta berlaku bagi obligasi korporasi. Menurutnya, investor masih cenderung berhati-hati dalam memilih obligasi korporasi mengingat kondisi yang masih tidak pasti tahun ini.
Ramdhan mencontohkan sejumlah surat utang korporasi yang mengalami penundaan pembayaran bahkan terkena gagal bayar atau default pada 2020 lalu, khususnya beberapa instrumen medium term notes (MTN).
“Jadi mungkin saya rasa MTN masih agak tertekan ya, karena walaupun tahun ini tahun pemulihan, trust pasar belum benar-benar kembali,” katanya kepada Bisnis, Kamis (12/1/2021)
Di sisi lain, dari sisi perusahaan penerbit, MTN disebut sebagai pilihan yang akan digemari karena memiliki skema penerbitan yang lebih sederhana. Pun, jangka waktunya yang pendek juga dirasa dapat memancing minat investor.
Baca Juga
“Logika pasar melihat makin panjang [tenor] risiko makin tinggi, jadi korporasi cenderung menerbitkan yang pendek. Kalau dari sisi itu MTN memang pas,” imbuh Ramdhan.
Ini terbukti dari data Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) per 18 Januari 2021, rencana emisi melalui MTN mencapai Rp8,12 triliun.
Jumlah ini merupakan kedua terbesar, setelah rencana emisi melalui skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) di posisi pertama dengan nilai Rp9,5 triliun. Adapun total mandat yang dikantongi Pefindo sebesar Rp32,2 triliun yang terdiri atas 27 perusahaan.
Ramdhan menuturkan, meski rasa percaya terhadap MTN belum pulih sepenuhnya, penerbitan MTN di tahun ini tetap akan terserap pasar. Pasalnya, likuiditas di pasar masih sangat tinggi sehingga investor akan mencari diversifikasi aset.
“Likuiditas masih banjir, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan, artinya apa? Kredit perbankan belum jalan, jadi pasti obligasi masih dicari,” tutur dia.
Akan tetapi, mengingat penerbitan MTN akan marak, Ramdhan menyebut perusahaan penerbit perlu menawarkan kupon yang kompetitif, sehingga akan berdampak pada cost of fund yang lebih tinggi.
“Karena saling bersaing ya, tentu harus kasih rate yang bagus,” pungkasnya.