Bisnis.com, JAKARTA - Emiten jasa kontraktor pertambangan, PT Delta Dunia Makmur Tbk., terus mencari kontrak baru sebagai salah satu upaya untuk mengakselerasi kinerja pada tahun ini.
Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan bahwa saat ini perseroan terus mencari lebih banyak kontrak untuk tambahan volume dalam jangka panjang.
“Namun, hingga saat ini belum ada dalam waktu dekat,” ujar Regina kepada Bisnis, Kamis (21/1/2021).
Adapun, emiten berkode saham DOID belum lama ini mengumumkan telah menandatangani perjanjian kontrak tambahan dengan anak usaha PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), PT Indonesia Pratama.
Kontrak tersebut akan berlaku hingga Desember 2031. Sebelumnya, periode kontrak jasa pertambangan dengan Indonesia Pratama berlaku 2018 hingga 2026.
Dia menjelaskan kontrak tambahan itu mencakup ekspansi yang cukup signifikan bagi perseroan karena memberikan tambahan volume overburden removal (OB) perseroan hingga 650 juta bcm dan lebih dari 210 juta ton batu bara yang akan diekstraksi.
Baca Juga
Selain itu, kontrak juga memberikan pengerjaan pengangkutan batu bara lebih dari 75 juta ton.
“Dengan demikian, perkiraan nilai kontrak itu mencapai US$1,9 miliar atau setara Rp26 triliun,” papar dia.
Di sisi lain, Regina optimistis kinerja perseroan pada tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Apalagi, harga komoditas batu bara global saat ini dalam tren kenaikan.
“Tahun ini, kami lebih optimis daripada 2020, walaupun musim hujan seperti saat ini umumnya akan membuat efisiensi kerja lebih rendah dibandingkan dengan dry season,” papar Regina.
Adapun, perseroan melalui entitas usahanya PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), mencatatkan volume overburden removal sepanjang 2020 sebesar 281,8 juta bcm.
Raihan overburden removal (OB) sepanjang 2020 turun 26 persen dibandingkan dengan pencapaian 2019.
Sementara itu, DOID membukukan volume produksi sebesar 45,3 juta ton pada 2020. Raihan itu juga turun 9 persen dibandingkan dengan 2019.
Manajemen DOID menjelaskan, penurunan kinerja operasional sepanjang 2020 disebabkan oleh pasar batu bara yang melemah secara keseluruhan dan berkepanjangan.
Hal itu mendorong pelanggan untuk menurunkan tingkat produksi menjelang akhir tahun 2020.