Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk., memproyeksi kinerja margin tahun ini akan semakin tebal seiring dengan kenaikan harga batu bara global.
Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa harga batu bara global terus menunjukkan tren pemulihan sejak anjlok ke level rendah akibat sentimen pandemi Covid-19.
Pada perdagangan Rabu (20/1/2021) harga batu bara Newcastle untuk kontrak Maret 2021 naik 0,18 persen ke posisi US$84,1 per ton. Pada pertengahan Januari, harga sempat menyentuh level US$91 per ton.
Sepanjang tahun berjalan 2021, harga batu bara Newcastle telah menguat 3,32 persen. Pergerakan tersebut menunjukkan tren pemulihan setelah batu bara sempat anjlok ke sekitar level US$50 per ton pada pertengahan 2020.
Di sisi lain, emiten berkode saham BUMI itu mematok cash cost di sekitar level US$30 per ton.
“Dengan demikian, harga batu bara saat ini dan kendali atas biaya akan membantu marjin kami lebih baik pada tahun ini,” ujar Dileep kepada Bisnis, Kamis (21/1/2021).
Baca Juga
Sebagai gambaran, BUMI membukukan rugi yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$137,25 juta hingga kuartal III/2020. Pencapaian tersebut kontras dengan kinerja pada kuartal III/2019 yang berhasil mencetak laba yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$76,07 juta.
Sejalan dengan itu, BUMI juga membukukan penurunan pendapatan menjadi US$587,8 juta, turun 21,8 persen dari posisi US$751,85 juta pada kuartal III/2019.
Adapun, BUMI menargetkan volume produksi 2021 di kisaran 85 hingga 90 juta ton. Target tersebut lebih tinggi daripada estimasi produksi BUMI untuk setahun 2020 penuh di kisaran 83-84 juta ton.
Di lantai bursa, pada perdagangan Kamis (21/1/2021) hingga pukul 14.11 WIB, saham BUMI parkir di level Rp106 per saham, terkoreksi 6,19 persen. Sepanjang tahun berjalan 2021, saham BUMI telah menguat 43,24 persen.