Bisnis.com, JAKARTA - Prospek pemulihan ekonomi diyakini akan menjadi pendorong utama emiten mulai mengemisi surat utang dengan tenor yang lebih panjang.
Untuk diketahui, surat utang dengan tenor 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun mendominasi penerbitan surat utang sepanjang 2020. Penerbitan ketiga tenor itu hampir mencakupi 84 persen dari total nilai penerbitan surat utang korporasi.
Lebih rinci, penerbitan surat utang tenor 3 tahun mencakup 37,7 persen dari total penerbitan, disusul oleh surat utang dengan tenor 1 tahun sebesar 28,2 persen, dan tenor 5 tahun sebesar 18 persen.
Sementara itu, tenor panjang seperti 7 tahun dan 10 tahun hanya berkontribusi masing-masing 6,3 persen dan 3 persen dari total penerbitan surat utang 2020.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa tren penerbitan surat utang dapat berbalik jika pemulihan ekonomi tahun ini berhasil terealisasi seperti yang diekspektasikan pasar.
“Semester I/2021 ini akan menjadi perhatian. Kalau vaksinasi yang sudah didistribusi berhasil tanpa ada kendala dan pandemi lebih dapat dikontrol tentu akan menjadi sinyal positif sekali. Harapannya, banyak emiten yang bisa ekspansi,” papar Nico kepada Bisnis, Selasa (19/1/2021).
Baca Juga
Namun, secara garis besar penerbitan surat utang akan kembali disesuaikan terhadap bisnis plan setiap emiten. Jika tujuannya ekspansi untuk jangka panjang, tentu emiten akan lebih memilih emisi surat utang bertenor jangka pendek.
Sementara itu, lanjut Nico, jika kebutuhan ekspansi hanya untuk jangka pendek seperti 24-36 bulan, emisi surat utang tenor panjang bukan menjadi pilihan karena tentu akan dianggap sebagai beban karena biaya yang dikeluarkan.
Nico menjelaskan, penyebab tren penerbitan surat utang jangka pendek lebih dominan setiap tahunnya karena dianggap lebih menguntungkan baik bagi pelaku pasar maupun emiten penerbit.
Tren jangka pendek itu memiliki potensi risko gagal bayarnya cenderung kecil yang akan menguntungkan pelaku pasar, di sisi lain kupon surat utang jangka pendek juga lebih kecil dibandingkan dengan surat utangnya tenor yang lebih panjang.
Secara garis besar, Nico menilai tahun ini penggalangan dana melalui pasar modal, termasuk surat utang akan kembali ramai. Akan terdapat banyak kebutuhan dana dari emiten baik refinancing maupun ekspansi, sedangkan pasar juga membutuhkan pilihan aset instrumen yang lebih variatif.