Bisnis.com,JAKARTA - Saham emiten konstruksi milik negara atau BUMN karya kompak melemah di awal perdagangan hari ini, Selasa (19/1/2021).Koreksi terjadi setelah investor kawakan Lo Kheng Hong menghindari saham-saham infrastruktur karena sarat dengan utang.
Berdasarkan data Bloomberg, empat saham BUMN karya tersungkur ke zona merah secara berjamaah. Saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dan PT PP (Persero) Tbk. turun masing-masing 6,51 persen ke level 1.795 dan 6,81 persen ke posisi 1.985.
Kemudian, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. juga turun 6,67 persen ke level 2.100. Adapun saham PT Adhi Karya (Persero) melemah 6,99 persen ke level 1.730 hingga pukul 09.15 WIB.
Saham WSKT dan PTPP diperdagangkan senilai Rp169 miliar dan 75 miliar. Sementara itu, saham WIKA dan ADH ditransaksikan senilai Rp46 miliar dan Rp25 miliar. Dengan kata lain, dalam 15 menit perdagangan, nilai transaksi empat saham BUMN karya sudah mencapai Rp315 miliar.
Sebelumnya, investor kenamaan Indonesia Lo Kheng Hong tidak ikut mengoleksi saham infrastruktur. Pak Lo, panggilan akrabnya, mengatakan tidak pernah membeli saham emiten infrastruktur termasuk dari BUMN Karya karena perusahaan di sektor tersebut cenderung memiliki utang dalam jumlah besar.
"Kebetulan saya sama sekali tidak punya sektor infrastruktur ini. WSKT, WIKA, ADHI, saya tidak punya. Kenapa? Karena saya takut beli perusahaan infrastruktur, utangnya bisa Rp50 triliun, ngeri banget. Tidak berani saya," kata Lo Kheng Hong dalam diskusi bersama KBRI Singapura, Senin (18/1/2021).
Baca Juga
Apalagi dengan kondisi seperti sekarang ini, Lo Kheng Hong merasa lebih baik masuk ke perusahaan yang minim utang dan memiliki kas besar. Dengan kondisi seperti itu, Lo Kheng Hong berpendapat investasinya lebih aman.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. membukukan total liabilitas senilai Rp91,86 triliun. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. membukukan total liabilitas senilai Rp45,26 triliun. Selanjutnya PT Adhi Karya (Persero) Tbk. memiliki total liabilitas senilai Rp31,96 triliun.