Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Joe Biden Rencanakan Paket Stimulus US$2 Triliun, Bursa Asia Variatif

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 ditutup menguat masing-masing 0,48 persen dan 0,85 persen, sedangkan indeks Kospi ditutup naik tipis 0,05 persen.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia fluktuatif pada perdagangan hari ini, Kamis (14/1/2021) menyusul laporan bahwa Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden merencanakan paket bantuan Covid-19 senilai sekitar US$2 triliun.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 ditutup menguat masing-masing 0,48 persen dan 0,85 persen, sedangkan indeks Kospi ditutup naik tipis 0,05 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 melemah 0,91 persen dan 1,93 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng terpantau menguat 0,7 persen.

Penasihat Biden baru-baru ini mengabarkan kepada Kongres mengenai total anggaran paket stimulus. Biden diperkirakan akan mengumumkan rencana dukungan ekonominya pada hari ini, Kamis (14/1).

Berita ini turut mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS yang menguat turun dari level tertinggi sejak Maret menyusul dua lelang obligasi yang kuat minggu ini. Dolar AS juga terpantau menguat menyusul kabar stimulus ini.

Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau menguat 0,041 poin atau 0,041 persen ke level 90,396 pada pukul 14.25 WIB.

Kontrak berjangka indeks S&P 500 dan Eropa menguat, menyusul penguatan bursa saham AS pada hari Rabu, yang didorong oleh sektor teknologi.

Saham Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd. menguat setelah AS memutuskan untuk tidak melarang investasi Amerika di raksasa teknologi China tersebut.

"Ini akan menjadi tahun yang luar biasa untuk ekonomi dan pendapatan, tetapi hanya baik untuk pasar saham," kata kepala strategi ekuitas Nuveen Bob Doll, seperti dikutip Bloomberg.

Investor bertaruh pada pemulihan ekonomi tahun ini dan menoleransi valuasi saham naik terlampau tinggi, sebagian karena ekspektasi pengeluaran fiskal AS lebih lanjut dan pengendalian pandemi yang lebih baik dengan adanya vaksin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper