Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tembaga Jatuh Setelah Sentuh Level Tertinggi 8 Tahun, Bagaimana Prospeknya?

Pada pekan lalu, harga tembaga sempat menyentuh level harga tertingginya sejak 2013 lalu dan menembus level US$8.000 per ton.
Tembaga./Bloomberg
Tembaga./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga tembaga mengalami koreksi setelah sempat mencapai level tertingginya sejak 2013. Meski demikian, tembaga diproyeksikan kembali menguat seiring dengan prospek kenaikan permintaan komoditas ini di pasar global.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (12/1/2021), harga tembaga di London Metal Exchange (LME) terpantau di level US$7.684 per ton atau masih terkoreksi 3,28 persen. Adapun sebelumnya harga tembaga mencatatkan penurunan 3,9 persen atau terbesar sejak 23 Maret 2020 lalu.

Pada pekan lalu, harga tembaga sempat menyentuh level harga tertingginya sejak 2013 lalu dan menembus level US$8.000 per ton. Adapun salah satu penyebab pelemahan tersebut seiring dengan rebound indeks dolar AS.

Untuk diketahui, dolar AS yang lebih kuat cenderung akan membuat harga komoditas logam, termasuk tembaga, melemah karena harga menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan denominasi mata uang selain dolar AS.

Pelemahan tembaga juga disebabkan oleh lonjakan kasus virus coronayang kembali terjadi di China. Pemerintah China melaporkan 85 kasus infeksi lokal pada 10 Januari lalu.

Head of Commodities Strategy di Saxo Bank A/S mengatakan, munculnya kasus virus corona baru di China memicu sentimen risk-off terkait prospek pemberlakuan pembatasan penyebaran virus yang baru di Negeri Panda tersebut.

“Pasar juga sempat khawatir karena reli penguatan indeks dolar AS yang terjadi,” katanya dikutip dari Bloomberg.

Meski demikian, tren koreksi yang terjadi dinilai hanya bersifat sementara. Analis Commerzbank AG Daniel Briesemann, penurunan harga tersebut terbilang wajar dan hanya berlangsung sesaat.

“Tren tembaga masih akan positif kedepannya. Hal ini terlihat dari data pemerintah AS yang menunjukkan posisi komoditas ini yang tinggi oleh investor spekulatif,” jelasnya.

Sementara itu, indeks dolas AS pada hari Selasa terpantau stagnan setelah rebound dari level terendahnya dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut berimbas pada kenaikan kemampuan konsumen dalam menggunakan mata uang lain.

Prospek positif tembaga salah satunya ditopang oleh transisi kekuatan di Amerika Serikat. Presiden Terpilih AS, Joe Biden, pada Kamis pekan ini akan merilis proposal stimulus triliunan dolar AS yang mendukung optimisme pelaku pasar terhadap permintaan tembaga.

Hal ini juga didukung pernyataan dari pihak bank sentral AS, The Fed, terkait prospek pemulihan ekonomi dunia. The Fed mengatakan, tambahan dukungan fiskal dan distribusi massal vaksin virus corona dinilai akan memberi efek positif bagi pemulihan ekonomi di semester II/2021.

Riset dari Huatai Futures menyebutkan, pelaku pasar mengharapkan lebih banyak paket stimulus fiskal setelah Biden dan dua anggota Senat AS dari Partai Demokrat resmi dilantik. Munculnya paket stimulus terbaru dinilai akan memicu kenaikan konsumsi tembaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper