Bisnis.com, JAKARTA – Meski mencatatkan penurunan angka penawaran pada lelang perdana, pasar sukuk negara diprediksi tetap atraktif sepanjang tahun 2021.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan jumlah penawaran yang masuk memang mengalami penurunan dibandingkan dengan lelang sukuk perdana tahun 2020. Pada lelang sukuk negara 14 Januari 2020, pemerintah berhasil mendapatkan penawaran Rp59,14 triliun.
“Angka penawaran yang masuk juga sedikit menurun dibandingkan lelang sukuk terakhir di tahun 2020 yang mencatat penawaran Rp27,76 triliun,” katanya saat dihubungi pada Selasa (12/1/2021).
Menurut Fikri, turunnya angka penawaran pada lelang sukuk hari ini disebabkan oleh sikap investor yang cenderung wait and see seiring dengan kenaikan risiko pasar baik dari dalam maupun luar negeri.
Ia menjelaskan, dari dalam negeri, pelaku pasar masih terus memantau lonjakan kasus positif virus corona secara harian di Indonesia. Hal tersebut juga ditambah dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa dan Bali yang menghambat kegiatan perekonomian di Indonesia.
Selain itu, pasar juga mengkahwatirkan risiko ekonomi Indonesia dari sisi fiskal setelah defisit pemerintah yang mencapai 6,08 persen. Di sisi lain, ada sejumlah pembelanjaan yang tidak terserap sehingga menimbulkan pertanyaan dari investor terkait efektivitas anggaran Indonesia.
Baca Juga
Sementara itu, dari luar negeri, sentimen dari Amerika Serikat masih mendominasi ketidakpastian pasar. Insiden penggerudukan Gedung Parlemen AS yang terjadi pada pekan lalu dinilai masih dicerna oleh para pelaku pasar.
“Yield US Treasury yang naik ke level 1 persen pada sepekan terakhir juga menjadi salah satu katalis negatif untuk pasar,” ujarnya.
Kendati demikian, Fikri menilai outlook pasar sukuk negara di tahun 2021 masih positif. Menurutnya, risiko pasar yang ada pada tahun ini tidak seberat risiko yang muncul sepanjang tahun 2020 lalu.
Ia menjelaskan, kondisi fundamental ekonomi Indonesia terbilang optimal walaupun terguncang oleh pandemi virus corona. Hal tersebut juga didukung oleh tren penguatan nilai rupiah yang terjadi pada awal tahun ini.
Lebih lanjut, prospek pemulihan ekonomi Indonesia juga semakin baik seiring dengan rencana vaksinasi nasional yang akan dimulai pada Rabu (13/1/2021) besok. Hal ini semakin meningkatkan ekspektasi pelaku pasar terhadap perbaikan ekonomi baik di Indonesia maupun dunia.
Dengan pemulihan ekonomi domestik yang optimal, maka Indonesia dapat menggenjot pos penerimaan dengan lebih cepat. Hal ini, lanju Fikri, akan berimbas pada perbaikan daya beli masyarakat dan naiknya selera investor domestik untuk masuk ke pasar sukuk negara.
“Di sisi lain, kondisi fundamental Indonesia yang baik juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor asing untuk masuk ke pasar sukuk negara. Sehingga, aliran dana asing pun dapat kembali dari instrumen ini,” paparnya.
Sebelumnya, berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pemerintah telah melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara. Lelang hari ini merupakan lelang sukuk negara perdana di tahun 2021.
Hasilnya, total penawaran yang masuk senilai Rp24,27 triliun untuk enam seri SBSN yang terdiri atas 1 surat perbendaharaan negara syariah (SPN-S) dan lima project based sukuk (PBS).
Hasil lelang menunjukkan penawaran terbanyak masuk untuk seri PBS028 yang jatuh tempo 15 Oktober 2046 dengan total Rp7,068 triliun. Dari penawaran yang masuk, yield atau imbal hasil rerata tertimbang yang dimenangkan 7,06 persen dengan jumlah nominal dimenangkan Rp2,5 triliun.
Seri selanjutnya yang paling diincar oleh investor yakni PBS029 yang jatuh tempo 15 Maret 2034 dengan total penawaran masuk Rp6,27 triliun. yield rerata tertimbang yang dimenangkan 6,68 persen dengan jumlah nominal yang dimenangkan Rp4,65 triliun.
Adapun, total nominal yang dimenangkan dari kelima seri yang ditawarkan senilai Rp11,3 triliun.