Bisnis.com, JAKARTA – Dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana diramal dapat menyentuh Rp600 triliun pada 2021 ini.
Selain karena pemulihan nilai aset reksa dana, pertumbuhan pembelian unit penyertaan (subscription) reksa dana juga menjadi pendorong kenaikan dana kelolaan industri investasi kolektif tersebut.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per 30 Desember 2020, nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana secara industri mencapai nilai Rp573,54 triliun dengan unit penyertaan sebanyak 435,14 miliar unit.
Realisasi ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah reksa dana di Indonesia. Tercatat, sebelumnya NAB reksa dana mencapai level tertinggi Oktober 2019 yakni sebesar Rp553,26 triliun.
Kendati demikian, jika dilihat secara tahunan, posisi NAB reksa dana secara industri per akhir 2020 hanya tumbuh 5,79 persen secara year on year, dibandingkan posisi NAB reksa dana per akhir 2019 yang sebesar Rp542,17 triliun.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dana kelolaan reksa dana memang sempat anjlok sangat dalam di kuartal awal 2020, sehingga meski berhasil tetap positif di akhir tahun, pertumbuhannya tidak terlalu besar.
Baca Juga
“Sebetulmya masih luar biasa disaat pandemi masih bisa menguat, secara persentase memang kecil tapi secara nominal cukup signifikan,” kata Wawan kepada Bisnis, Senin (11/1/2021)
Tercatat, NAB reksa dana pernah susut hingga menyentuh Rp471,87 triliun per akhir Maret 2020, posisi ini terendah sejak akhir 2017 silam. Ini diakibatkan anjloknya nilai aset pasar modal pada periode tersebut sehingga turut menyeret dana kelolaan.
Begitu pula unit penyertaan reksa dana sempat berkurang pada Mei 2020 hingga tersisa 405,71 miliar, jumlah terendah sejak Agustus 2018, akibat tingginya redemption atau pencairan reksa dana.
Kendati demikian, industri reksa dana mulai kembali bangkit sedikit demi sedikit, khususnya di paruh kedua 2020. Puncaknya, pada kuartal terakhir tahun lalu pertumbuhan dana kelolaan reksa dana terus menanjak, begitu pula dengan jumlah unit penyertaan.
Wawan mengatakan momentum rebound yang sangat kuat pada kuartal IV/2020 lalu mengerek dana kelolaan untuk kembali naik menuju level prapandemi. Sejalan dengan itu, investor turut memanfaatkan momentum tersebut untuk masuk ke reksa dana.
“Net sub cukup tinggi jadi cukup menggembirakan, apalagi investor reksa dana sekarang sudah mencapai 3,5 juta investor. Itu sangat mendorong sekali sih,” katanya.
Dia memperkirakan tren kenaikan NAB reksa dana akan terus berlanjut tahun ini dan dana kelolaan reksa dana dapat tembus ke level Rp600 triliun di 2021. Pun, investor reksa dana diramal dapat terus bertambah hingga mendekati 5 juta investor dan ikut.
“Harapannya terjadi snowball effect. Dulu dari 100.000 investor ke 1 juta itu lama sekali, tapi begitu 1 juta, 2 juta, jadi cepat. Dulu 5 juta investor kayak mimpi, tapi mungkin bisa tahun ini atau tahun depan. Kalau seperti itu dana kelolaan kita bisa tumbuh terus,” tuturnya.
Di sisi lain, Wawan menilai dana idle di masyarakat masih melimpah seiring masih terbatasnya kegiatan ekonomi akibat pandemi yang masih belum dapat tertangani, sehingga berpotensi untuk masuk ke industri reksa dana.
Apalagi masyarakat cenderung tidak memiliki banyak pilihan untuk berinvestasi, mengingat tren suku bunga rendah yang ada saat ini reksa dana bisa menjadi pilihan yang menarik karena potensi imbal hasil yang kompetitif dan ragam produk yang fleksibel.
“Tahun lalu DPK bank naik 17-18 persen sementara kreditnya kecil sekali jadi dana idle betul-batul banyak di masyarakat. Sebagian besar mengalir ke industri reksa dana, saya rasa tahun ini trennya akan seperti itu,” pungkas Wawan.