Bisnis.com, JAKARTA - Uni Emirat Arab menyatakan permintaan minyak mentah yang merosot pada 2020 akibat pandemi Covid-19 diperkirakan baru pulih secara bertahap pada tahun depan
Mengutip Bloomberg, Uni Emirat Arab optimistis dengan pemulihan permintaan minyak pada tahun 2021, tetapi mengatakan itu tidak akan segera terjadi. Peluncuran vaksin virus corona dan peningkatan hubungan antara Amerika Serikat dan China kemungkinan akan meningkatkan permintaan minyak.
“Pemulihan akan bertahap, dan tidak akan terjadi dalam satu atau dua kuartal,” kata Menteri Energi Suhail Al-Mazrouei mengatakan kepada Sky News Arabia, dikutip Jumat (25/12/2020).
Harga minyak mengalami penurunan mingguan pertamanya sejak Oktober karena penemuan varian Covid-19 yang berpotensi menyebar lebih cepat di Inggris meningkatkan risiko penguncian lebih banyak permintaan energi.
UEA tidak khawatir tentang mutasi baru virus tersebut. “Saya tidak melihat adanya bahaya dari strain ini,” kata Al-Mazrouei. Menurutnya, sektor kesehatan global dapat menemukan solusi untuk virus ini.
Aliansi produsen minyak OPEC + telah berhasil mengurangi dampak penurunan permintaan, kata Al-Mazrouei, dan UEA berharap lebih banyak produsen akan bergabung di masa depan.
Baca Juga
Sementara itu, ekspor Arab Saudi turun hampir seperempat pada bulan Oktober dari tahun sebelumnya, sebagian besar didorong oleh penurunan harga minyak global.
Ekspor turun menjadi 57,8 miliar riyal (US$15,4 miliar) dari 76,8 miliar riyal pada 2019, Otoritas Umum Statistik mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis. Pendapatan dari ekspor minyak turun 32,7 persen. selama periode yang sama.
Harga rata-rata minyak mentah Brent selama bulan Oktober turun sekitar 30 persen menjadi lebih dari US$41 per barel dari periode yang sama tahun sebelumnya. China adalah tujuan utama pengiriman Saudi, diikuti oleh India dan Uni Emirat Arab.