Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berpeluang menguat seiring dengan berkurangnya data cadangan Amerika Serikat dan ekspektasi stimulus ekonomi.
Pada perdagangan Kamis (24/12/2020) pukul 10.40 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2021 naik 0,25 persen atau 0,12 poin menjadi US$48,24 per barel. Harga minyak Brent kontrak Februari 2021 juga meningkat 0,35 persen atau 0,18 poin menuju US$51,38 per barel.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyampaikan harga minyak berpeluang untuk bergerak naik dalam jangka pendek di tengah sentimen turunnya cadangan minyak mentah AS dalam laporan Energy Information Administration (EIA) semalam.
"Sentimen lainnya yang berpeluang memicu kenaikan harga minyak adalah sedang melemahnya dolar AS di tengah menguatnya harapan pasar terhadap stimulus di AS serta optimisme akan tercapainya kesepakatan dagang Brexit," paparnya dalam publikasi riset, Kamis (24/12/2020).
Namun demikian, kenaikan harga minyak berpeluang terbatas jika pasar mempertimbangkan peningkatan aktivitas rig dalam laporan Baker Hughes. Kenaikan jumlah rig aktif menandakan adanya potensi peningkatan produksi.
Potensi Pergerakan harga minyak WTI berpeluang dibeli dalam jangka pendek selama harga bergerak di atas level support di US$47,70 karena berpotensi naik untuk menguji level resisten di US$48,80.
Baca Juga
Namun, jika bergerak turun hingga menembus ke bawah level US$47,70, maka harga minyak berpeluang untuk dijual karena berpotensi turun lebih lanjut menargetkan support selanjutnya di US$47,00.
Level support : 47.70 - 47.00 - 46.00
Level resisten : 48.80 - 49.50 - 50.50