Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surat Utang Korporasi Diproyeksi Tumbuh, Tapi Ada Tantangannya

Pefindo menilai masih ada tantangan yang dihadapi para penerbit surat utang korporasi tahun depan, yakni bagaimana potensi penyerapan di pasar, khususnya bagi surat utang korporasi dengan rating yang tak terlalu tinggi.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA—Nilai penerbitan surat utang korporasi diproyeksi bertumbuh di tahun depan. Namun, masih ada tantangan yang dihadapi oleh para penerbit salah satunya adalah tingkat penyerapan oleh para investor.

Berdasarkan data Pefindo per 15 Desember 2020, penerbitan surat utang korporasi nasional mencapai Rp94,60 triliun, dengan nilai penerbitan paling tinggi di September 2020 mencapai Rp19,85 triliun.

Adapun untuk 2021 mendatang, Pefindo memperkirakan jumlah penerbitan surat utang korporasi akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini, yakni berkisar antara Rp122 triliun hingga Rp159 triliun.

Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra optimistis setidaknya batas bawah proyeksi tersebut dapat terealisasi tahun depan. Pasalnya, nilai surat utang korporasi yang akan jatuh tempo pada 2021 terbilang besar yakni Rp121,9 triliun.

“Kalau mengandalkan yang mau refinancing saja itu sudah sekitar Rp120 triliun sendiri,” kata Salyadi dalam paparannya di acara Media Forum Pefindo yang diadakan secara daring, Kamis (17/12/2020)

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang diolah Pefindo, nilai obligasi yang jatuh tempo pada 2021 mendatang paling besar di kuartal III/2020, yakni mencapai Rp38,1 triliun.

Kemudian terbesar kedua ada di kuartal II/2020 yaitu Rp31,7 triliun, lalu di kuartal IV/2020 sebesar Rp29,6 triliun. Sementara untuk kuartal pertama tahun depan paling kecil yakni Rp22,5 triliun.

Kendati demikian, Salyadi mengatakan masih ada tantangan yang dihadapi para penerbit surat utang korporasi tahun depan, yakni bagaimana potensi penyerapan di pasar, khususnya bagi surat utang korporasi dengan rating yang tak terlalu tinggi.

“Demand-nya masih selektif walaupun sekarang suplainya mulai banyak, yang paling menentukan bagaimana appetite para investor ini masuk ke corporate bond, juga untuk perusahaan yang ratingnya tak terlalu tinggi sudah bisa masuk lagi atau belum,” tuturnya.

Kendati demikian, Salyadi menyebut ada hal yang dapat menjadi katalis positif yakni tren suku bunga yang masih rendah. Seperti diketahui, Bank Indonesia memutuskan untuk tetap mempertahankan BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 3,75 persen.

Salyadi menilai dengan langgengnya tren suku bunga acuan yang rendah akan membuat investor mencari alternatif investasi yang menawarkan imbal hasil lebih kompetitif dibandingkan deposito dan salah satunya adalah surat utang.

“Tapi kembali lagi kalau dari emiten yang ratingnya bagus-bagus mungkin mereka akan mau, tapi kalau mereka masuk ke BBB category mungkin masih akan sulit,” pungkasnya.

Terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan ke depannya potensi pemangkasan suku bunga lanjutan oleh BI masih terbuka lebar mengingat The Fed juga akan membiarkan suku bunga acuannya di posisi rendah untuk waktu yang cukup lama.

Di sisi lain, arus dana asing baik di pasar keuangan maupun dalam bentuk investasi langsung (foreign direct investment/ FDI) diyakini semakin deras mengalir pada 2021 menyusul kemenangan Joe Biden dalam Pemilihan Presiden 2020.

Alhasil, kata Nico, ketika dana asing deras masuk, kebutuhan akan berbagai jenis produk investasi akan meningkat, termasuk obligasi baik Surat Utang Negara (SUN) maupun surat utang korporasi.

“Dengan demikian, ketika berbicara obligasi korporasi yang akan marak pada 2021, demand ada dan supply-nya juga ada, ini akan jadi perhatian baik untuk pasar obligasi pada 2021,” kata Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper