Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing kemungkinan besar akan berbondong-bondong memasuki pasar obligasi Indonesia pada awal tahun mendatang seiring dengan tren suku bunga yang rendah serta prospek stimulus yang semakin jelas.
Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, sejauh ini aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi Indonesia memang sudah terlihat. Namun, menurutnya jumlah tersebut akan melonjak pada awal tahun depan.
Ariawan menjelaskan, salah satu katalis positif yang mendukung masuknya investor asing ke obligasi Indonesia adalah stimulus fiskal dan moneter yang akan dikucurkan negara-negara di dunia, seperti Amerika Serikat.
“Kebijakan tersebut akan berdampak pada kenaikan likuiditas yang dimiliki investor, sehingga mereka akan mencari instrumen untuk menaruh dananya,” katanya saat dihubungi pada Kamis (26/11/2020).
Dia melanjutkan, pada awal tahun tingkat likuiditas cenderung lebih tinggi seiring dengan dana baru yang dimiliki oleh investor. Hal tersebut pun meningkatkan potensi aliran dana asing yang masuk ke emerging market, termasuk Indonesia.
Potensi masuknya dana asing tersebut juga akan berdampak pada penguatan tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia pada awal tahun mendatang. Aliran dana tersebut berpotensi menurunkan tingkat imbal hasil obligasi Indonesia di bawah level 6 persen.
Baca Juga
Sementara itu, hingga akhir tahun ini, Ariawan memandang pasar obligasi Indonesia masih tetap menarik. Hal tersebut didukung oleh tren kebijakan suku bunga rendah yang dilakukan oleh bank sentral di seluruh dunia.
“Pemangkasan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia secara agresif pada tahun ini juga secara perlahan semakin meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia,” lanjutnya.
Dia menuturkan, tren suku bunga yang rendah akan berdampak serupa pada tingkat imbal hasil. Sentimen ini menjadi hal yang positif bagi para investor yang hendak masuk atau kembali ke pasar obligasi Indonesia pada akhir 2020.
“Kemungkinan yield obligasi Indonesia hingga akhir tahun akan berada di kisaran 6 persen hingga 6,2 persen,” katanya.
Senada, Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, tren tingkat imbal hasil yang rendah akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing yang tengah mencari instrumen investasi. Tren ini juga didukung oleh pergerakan nilai rupiah yang cenderung stabil.
Menurutnya, ruang penurunan yield masih terbuka pada awal tahun mendatang. Hal tersebut seiring dengan harapan pasar terhadap perekonomian global yang mulai pulih setelah distribusi vaksin virus corona.
"Kalaupun suku bunga acuan BI tidak kembali turun tahun depan, ruang penurunan masih ada. Bila BI memutuskan untuk memangkas kembali suku bunga acuan, maka penurunan yield akan lebih cepat," katanya.
Menurut data dari laman World Government Bonds, tingkat imbal hasil obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun terpantau di level 6,267 persen. Dalam sebulan terakhir, yield obligasi Indonesia menunjukkan tren penguatan sebesar 43,5 basis poin.