Bisnis.com, JAKARTA - Manajer investasi global, Aberdeen Standard Investments, memasang posisi bullish untuk pasar saham Indonesia. Pemulihan harga saham di bursa Tanah Air setelah terpukul keras akibat pandemi pada 2020 dinilai bakal outperform dari bursa Asia lainnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saat ini kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah melambung sekitar 40 persen sejak menyentuh level terendah pada kuartal I/2020. Kendati demikian, sejak awal tahun indeks masih turun koreksi 11,55 persen.
Di kawasan Asia, IHSG tidak sendirian karena Bursa Singapura dan Bursa Thailand jatuh lebih dalam masing-masing sebesar 12,89 persen dan 12,28 persen.
Direktur Investasi Aberdeen Standard Investment di Jakarta, Bharat Joshi mengatakan pihaknya belakangan ini bullish terhadap saham-saham di Asia Tenggara.
Menurutnya, ketika investor asing mengalihkan portofolio ke saham-saham yang sensitif terhadap kondisi ekonomi maka saham di Indonesia yang tampak paling menonjol.
Adapun, Indonesia memiliki saham sektor keuangan terbesar di kawasan Asia Tenggara selanjutnya penguatan saham sektor keuangan bakal diikuti oleh saham perusahaan industri dasar dan otomotif.
Baca Juga
“Indonesia punya beberapa nama emiten siklikal. Dengan semangat yang kembali ke Asia seiring dengan perkembangan vaksin, Indonesia berpeluang outperform dari tetangganya,” tulis Joshi, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (21/11/2020).
Untuk diketahui, reksa dana Aberdeen Standard Indonesia Equity Fund saat ini memiliki kinerja negatif 4,6 persen atau lebih baik dibandingkan performa IHSG.
Joshi mengingatkan bahwa konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari setengah produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Tingkat konsumsi itu tergerus 3,49 persen pada kuartal III/2020 yang membuat Indonesia mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir.
Namun, perlu diingat bahwa kontraksi ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu relatif lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya yang turun 5,32 persen.
Bahkan dibandingkan negara-negara Asean yang sangat bergantung dengan kinerja ekspor, pelemahan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 terbilang lebih terbatas.
Kendati demikian, sisi konsumsi masyarakat tetap menjadi perhatian karena penyebaran virus Covid-19 kembali meningkat dalam dua bulan terakhir.
Penjualan ritel di negara dengan populasi terbesar keempat di dunia ini pun jatuh 8,7 persen pada September, tetapi sudah lebih baik selama empat bulan berturut-turut.
Joshi menambahkan ke depannya kenaikan harga komoditas dan program pemulihan ekonomi dari pemerintah Indonesia bakal mampu menaikkan sentimen konsumsi yang selanjutnya bakal mendorong fundamental perusahaan hingga harga sahamnya.
“Memasuki 2021, kami tetap bullish untuk saham sektor keuangan, industri dasar, dan saham siklikal dan perkiraan kami pendapatan dan marjin akan membaik setelah tertekan pada 2020,” kata Joshi.