Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cukai Belum Jelas, Saham Rokok dan Tembakau Bergerak Volatil

Pada Jumat (20/11/2020), semua saham rokok dan tembakau melemah dipimpin oleh penurunan harga saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) sebesar 2,65 persen.
Kantor HM Sampoerna. /HM Sampoerna
Kantor HM Sampoerna. /HM Sampoerna

Bisnis.com, JAKARTA – Pengumuman kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) sendiri belum jelas namun saham-saham rokok dan tembakau bergerak volatil dalam beberapa hari belakangan.

Berdasarkan Bloomberg, pada Jumat (20/11/2020), semua saham rokok dan tembakau melemah dipimpin oleh penurunan harga saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) sebesar 2,65 persen hingga PT Bentoel Internasional Investama Tbk. (RMBA) yang terkoreksi 1,55 persen.

Padahal, pada perdagangan Kamis (19/11/2020), semua saham rokok merekah dipimpin oleh saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dengan kenaikan tertinggi di antara semua emiten rokok dan tembakau dengan penguatan sebesar 5,05 persen.

Penguatan saham HMSP diikuti oleh kenaikan harga saham RMBA dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) masing-masing 4,89 persen dan 4,78 persen. Tak ketinggalan, saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) dan PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) juga menguat 4,63 persen dan 3,68 persen.

Kendati demikian, secara mingguan, saham WIIM mencatatkan kenaikan tertinggi yakni 6,8 persen. Performanya juga cukup diakui jika melihat dari pergerakan sejak awal tahun ini. Secara year to date, saham WIIM mencatatkan kenaikan pesat 227,38 persen, jauh dibawah RMBA yang hanya terpantau menguat 15,15 persen.

Sementara, saham rokok dan tembakau lainnya seperti HMSP, GGRM dan ITIC masih mencatatkan kinerja negatif sejak level perdagangannya awal tahun ini.

Setelah rilis laporan keuangan HMSP kemarin, setidaknya dua perusahaan sekuritas yakni Ciptadana Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas langsung memperbaharui masing-masing rekomendasi dan target harganya.

Analis Ciptadana Sekuritas Muhammad Fariz mengubah rekomendasi saham HMSP dari hold atau tahan menjadi jual dengan target harga yang tidak berubah yaitu Rp1.300.

“Kami melihat potensi peringkat ulang yang terbatas dalam jangka pendek, prospek sektor tetap menantang karena kemungkinan kenaikan cukai yang lebih tinggi dan ruang terbatas untuk kenaikan ASP (average selling price),” tulisnya dalam rilis yang diterima Bisnis, Kamis (19/11/2020).

Dia menekankan HSMP juga dikeluarkan dari standar global indeks MSCI (Morgan Stanley Capital International) yang akan mengurangi eksposur asing ke saham emiten entitas anak dari Philip Morris tersebut.

Sekuritas juga percaya dana pasif tidak akan lebih lama mendukung pergerakan harga saham HMSP karena dikeluarkannya emiten tersebut dari anggota konstituen benchmark MSCI.

Di sisi lain, Mirae Asset Sekuritas langsung sigap menurunkan target harga saham HMSP setelah perseroan merilis data keuangan untuk kuartal ketiga tahun ini.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya memprediksi pertumbuhan volume penjualan pada 2021 akan melambat mengingat adanya kemungkinan kenaikan cukai pada tahun 2021 seiring dengan rendahnya pertambahan upah minimum.

Selain itu, margin perseroan bisa menurun karena perusahaan rokok mungkin perlahan-lahan memberlakukan kenaikan tarif cukai.

Karena HMSP termasuk produsen rokok tier-1, produknya juga lebih rentan kehilangan pangsa pasar atau penurunan margin akibat persaingan.

“Kami mempertahankan rekomendasi hold (tahan) pada HMSP. Target harga terbaru kami Rp1.550, dari Rp1.820 yang didasari P/E (price to earning ratio) 16 kali pada 2021,” terangnya dalam riset, Rabu (19/11/2020).

Secara teknikal, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan sekilas saham WIIM memang sedang dalam fase uptrend.

“Namun sayangnya saya tidak dapat menentukan target harga [saham WIIM] definitifnya karena saya tidak mau subjektif tentunya,” sebutnya kepada Bisnis, Kamis (19/11/2020).

Adapun, ia merekomendasikan tahan atau tetap beli saham GGRM pada level harga Rp41.000 hingga Rp41.000 hingga Rp41.475 dan target harga Rp42.375 hingga Rp66.125.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, pemerintah memang tak kunjung mengumumkan rencana kenaikan tarif CHT pada tahun 2021.

Sejauh ini informasi yang beredar kisaran kenaikan tarif cukai berada di angka 13 persen, 15 persen, 17 persen hingga 19 persen. Namun demikian, angka tersebut bisa saja berubah, karena keputusan kenaikan cukai rokok tak hanya menyangkut aspek fiskal saja.

Ada kepentingan industri, ketenagakerjaan, kesehatan, pertanian, bahkan politik di sana. Khusus yang paling bontot, ini tidak bisa dilepaskan dari kontestasi politik yang berlangsung pada 2019 lalu.

Informasi dari berbagai saluran resmi mengonfirmasi bahwa ada kenaikan tarif pada tahun ini. Hanya saja, soal berapa kenaikannya, sejauh ini informasi yang beredar ada di angka yang sudah disebutkan di awal tulisan ini dibuat.

Pemerintah sendiri terkesan mengulur-ngulur waktu untuk mengumumkan kenaikan cukai rokok 2021. Padahal berbagai pertemuan sudah dilakukan mulai dari rapat di istana negara, Kemenko Perekonomian, maupun di internal Kementerian Keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper