Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Incar Yield Tinggi, Investor Buru Obligasi Tenor Panjang

Investor tengah memaksimalkan kesempatan mereka untuk berburu surat utang dengan imbal hasil yang bersaing, mengingat lelang kali ini merupakan gelaran kedua terakhir di 2020.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Investor dinilai tengah memanfaatkan peluang-peluang terakhir untuk berburu surat utang negara dengan yield yang kompetitif. Walhasil, obligasi bertenor panjang laris manis jelang akhir tahun ini.

Berdasarkan rilis Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan total penawaran yang masuk pada lelang SUN hari ini sebesar Rp104,68 triliun, melonjak signifikan bila dibandingkan dengan hasil penawaran pada lelang SUN pada 3 November 2020 lalu sebesar Rp66,26 triliun.

Adapun, SUN bertenor panjang yakni seri FR0087 menjadi yang paling dicari investor dengan jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp29,35 triliun. Seri akan jatuh tempo pada 15 Februari 2031 ini dimenangkan sebesar Rp8,45 triliun

Menyusul, seri FR0080 yang jatuh tempo pada 15 Juni 2035 menjadi SUN dengan jumlah peminat terbanyak kedua pada lelang hari ini. Dari penawaran sebesar Rp24,33 triliun, pemerintah memenangkan Rp5,75 triliun.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menilai investor tengah memaksimalkan kesempatan mereka untuk berburu surat utang dengan imbal hasil yang bersaing, mengingat lelang kali ini merupakan gelaran kedua terakhir di 2020.

Mengacu pada laman DJPPR, pemerintah hanya akan melaksanaan lelang SUN di tahun ini sekali lagi yakni pada 1 Desember mendatang.

“Mereka jadi lebih oppurtunis mengejar yield tinggi, karena kemungkinan tahun depan akan lebih rendah karena ada potensi penurunan suku bunga acuan yang bisa mengerek yield lebih turun lagi,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (17/11/2020).

Adapun, Fikri menyebut tingginya angka penawaran pada lelang belakangan ini didorong oleh investor global yang terus masuk dengan agresif ke pasar modal Indonesia, khususnya di pasar obligasi.

Menurutnya, hal ini masih merupakan efek dari kemenangan kandidat asal Partai Demokrat Joe Biden dalam Pilpres Amerika Serikat. Fikri menyebut Biden Effect membuat pelaku pasar yang selama ini wait and see mulai mencari keuntungan di negara berkembang.

“Investor global sekarang risk-on, ini pendorongnya memang dari asing. Selain itu kemenangan Biden juga membuat ekspektasi investor terhadap dolar AS rendah, yang kemudian membuat rupiah stabil,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper