Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan manajer investasi menilai prospek pasar saham pada tahun depan akan lebih dibandingkan dengan tahun ini. Oleh karena itu, investor bisa mempertimbangkan untuk mengoleksi reksa dana berbasis saham.
Direktur Investasi Schroders Indonesia Irwanti mengingatkan bahwa reksa dana dapat menjadi pilihan investasi sesuai dengan level toleransi risiko masing-masing investor.
Investor yang konservatif bisa memilih produk reksa dana yang memiliki risiko lebih rendah seperti reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.
“Investor yang lebih agresif bisa melirik reksa dana saham atau campuran untuk mengejar upside di pasar saham,” kata Irwanti kepada Bisnis, Jumat (13/11/2020).
Adapun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat belum kembali ke level seperti pada tahun lalu per 13 November 2020.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG turun 13,31 persen secara year-to-date menjadi 5.461 pada akhir perdagangan Jumat (13/11/2020).
Baca Juga
“Sehingga upside untuk pasar saham masih ada. Dengan pemulihan ekonomi perlahan, dengan asumsi situasi Covid-19 tetap terkontrol, kami melihat kinerja korporasi seharusnya menunjukan tren pemulihan [ke depannya],” jelas Irwanti.
Adapun penguatan pasar saham diperkirakan bakal berlanjut pada 2021 terlebih apabila vaksin Covid-19 telah ditemukan dan didistribusikan.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 6 November 2020, kinerja indeks reksa dana yang tercermin lewat Infovesta Equity Fund Index masih berada di zona merah dengan pelemahan 20,64 persen.
Selanjutnya, indeks reksa dana campuran yang tercermin lewat Infovesta Balanced Fund Index melemah 8,12 persen terseret penurunan kinerja saham.
Di sisi lain, kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin lewat Infovesta Fixed Income Fund Index tercatat paling tinggi 6,42 persen. Menyusul berikutnya indeks reksa dana pasar uang lewat Infovesta Money Market Fund Index yang tumbuh 3,99 persen.