Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konsumer berbondong-bondong memasang target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang lebih baik pada periode tiga bulan terakhir pada 2020 ini.
Meskipun kinerja kuartal ketiga diasumsikan akan mengalami perbaikan dibandingkan kuartal kedua yang mana pembatasan sosial berskala besar pertama kali diberlakukan, tetapi beberapa emiten konsumer masih saja berhadapan dengan tantangan besar yaitu penurunan daya beli masyarakat.
Hal ini tercermin dari penurunan pendapatan dan laba bersih emiten konsumer berkapitalisasi besar seperti PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF). Sepanjang periode Juli hingga September 2020, pendapatan KLBF hanya sebesar Rp5,5 triliun, turun masing-masing 2,8 persen secara tahunan dan 5,5 persen secara kuartalan.
Sejalan dengan itu, laba bersih perseroan pada kuartal ketiga tahun ini hanya sebesar Rp639,9 miliar, masing-masing terkontraksi 2,7 persen secara tahunan dan 10,9 persen secara kuartalan.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan target kinerja keuangan untuk tahun 2020 masih sesuai dengan panduan awal yang diberikan perseroan beberapa waktu lalu, yakni pertumbuhan 4 persen - 6 persen untuk penjualan dan sekitar 8 persen - 10 persen untuk laba bersih keseluruhan tahun 2020.
“Secara target tahun 2020, Kalbe masih tetap stay dengan target yang sama, sambil monitor pergerakan pasar yang diharapkan pulih berkala,” ungkap Vidjongtius kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).
Baca Juga
Untuk mencapai target pertumbuhan dengan persentase terkecil, perseroan setidaknya butuh untuk mencapai angka Rp6,44 triliun untuk pos penjualan dan Rp679,9 miliar untuk pos laba bersih khusus untuk kuartal keempat tahun ini.
Disebutkan Vidjongtius bahwa perseroan juga masih akan fokus pada penjualan produk yang berhubungan dengan kebutuhan Covid-19 dan penyediaan barang di jalur distribusi seluruh Indonesia seiring dengan tahapan pembatasan sosial di masing-masing daerah.
Penurunan kinerja kuartalan juga terjadi untuk PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) yang hanya mampu meraup pendapatan sebesar Rp916,98 miliar, menurun 15,15 persen secara kuartalan. Laba bersih perseroan juga tergerus 29,18 persen secara kuartalan menjadi Rp43,06 miliar pada kuartal ketiga tahun ini.
Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan Kino Indonesia Budi Muljono memproyeksikan kinerja perseroan khusus kuartal keempat akan lebih baik dari kuartal sebelumnya.
“Kami melihat bahwa kuartal IV ini seharusnya situasi tidak lebih buruk dibandingkan kuartal III lalu, sehingga seharusnya kami masih dapat mempertahankan penjualan tersebut,” ungkap Budi kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).
Dia mengatakan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Oktober ini yang berada di level 79, merupakan angka terendah sejak Mei lalu yang mencapai 77,8.
Baginya, hal ini menandakan bahwa konsumen masih ragu untuk melakukan pembelanjaan dimana penempatan dana pihak ketiga sangat tinggi sehingga masyarakat cenderung menunda pembelian barang-barang non prioritas sehingga berdampak pada semua perusahaan tidak terkecuali KINO.
“Tentu saja jika kita bandingkan, [penjualan] kuartal II dan III menurun sebagai dampak langsung dari pandemi ini dimana indeks [IKK] yang disampaikan tadi hampir tidak bergerak di kisaran 77-85 sepanjang kuartal II dan III,” sambungnya.
Dampak penurunan daya beli sendiri juga sangat terasa bagi emiten produsen beras premium dengan jenama Topi Koki yakni PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) yang terus mencatatkan penurunan pendapatan sejak awal tahun.
Pada kuartal ketiga ini, pendapatan perseroan hanya berkisar Rp180,79 miliar melorot 40,79 persen secara kuartalan, sejalan dengan penurunan laba bersih sebesar 50,45 persen secara kuartalan menjadi hanya Rp4,61 miliar.
Direktur Pemasaran Buyung Poetra Sembada Budiman Susilo mengatakan pihaknya sangat optimis perseroan bisa mencatatkan kinerja keuangan yang apik khusus untuk kuartal keempat tahun ini didasarkan oleh beberapa faktor.
“Kemungkinan [kinerja keuangan] lebih baik karena mall-mall dan pasar mulai banyak buka lagi meski belum sebaik tahun lalu,” ungkap Budiman kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).
Perseroan juga berharap tahun depan setelah vaksin bisa didistribusikan, pabrik baru perseroan di Sumatera Selatan sudah selesai pada tahap pertama.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) David Hidayat mengatakan bahwa dengan upaya pemerintah meningkatkan daya beli, perseroan yakin penjualan khusus pada kuartal keempat akan lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sebagai informasi, kinerja SIDO pada kuartal ketiga memang lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penjualan perseroan khusus pada kuartal ketiga mencapai Rp797,56 miliar, tumbuh 9,41 persen secara kuartalan, sejalan dengan kenaikan laba bersih sebesar 24,54 persen secara kuartalan menjadi Rp226,96 miliar.
“Kami masih yakin bahwa penjualan di kuartal keempat masih akan tumbuh, dan akan berdampak juga pada kenaikan dengan laba bersih,” ungkap David kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).
Baginya, perseroan mulai mempersiapkan diri untuk menggalakkan penjualan ekspor setelah pelabuhan beberapa negara kembali dibuka.
“Yang harus kami syukuri, sejauh ini kinerja keuangan perusahaan masih belum terdampak [pandemi], kami selalu menjaga posisi stock dan aset keuangan lainnya,” tutupnya.