Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) mengalami rugi bersih pada kuartal III/2020, seiring dengan pendapatan yang menurun sepanjang periode tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2020, perseroan mengalami rugi bersih sebesar US$1,07 miliar atau Rp16,03 triliun. Posisi tersebut berbanding terbalik dibandingkan catatan pada kuartal III/2019 saat GIAA meraup laba bersih US$122,42 juta.
Penyebab utama penurunan itu adalah anjloknya pendapatan dari penerbangan berjadwal yang menjadi sumber utama pendapatan perseroan.
Kontribusi pendapatan dari penerbangan berjadwal pada kuartal III/2020 tercatat sebesar US$917,28 juta atau Rp13,69 triliun, jauh dibawah perolehan kuartal III/2019 sebesar US$2,79 miliar.
Penerimaan perusahaan dari sektor penerbangan tidak berjadwal juga anjlok cukup dalam. Perusahaan hanya mampu mencetak pendapatan US$46,92 juta berbanding torehan kuartal III/2019 senilai US$249,91 juta.
Total pendapatan Garuda Indonesia pun mencapai US$1,13 miliar per September 2020 atau Rp16,98 triliun, turun dari US$3,54 miliar pada kuartal III/2019.
Baca Juga
Sementara itu, beban usaha berhasil diturunkan dari US$3,28 miliar menjadi US$2,24 miliar, atatu turun 31,7 persen. Beban operasional penerbangan tercatat turun 32,64 persen dari US$1,93 miliar menjadi US$1,3 miliar.
Dengan performa tersebut, perseroan membukukan rugi periode berjalan senilai US$1,09 miliar, berbalik dari posisi untung US$181,51 juta pada kuartal I/2019.
Dari sisi kewajiban, per akhir September, emiten penerbangan pelat merah tersebut tercatat memiliki liabilitas sebesar US$10,36 miliar, melesat 177,74 persen dibandingkan catatan kuartal III/2019 sebesar US$3,73 miliar.
Kewajiban ini terdiri dari liabilitas jangka panjang senilai US$5,65 miliar dan jangka pendek senilai US$4,69 miliar.