Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh, Panasnya Pilpres AS Bisa Bikin Harga Minyak ke US$34

Pada perdagangan Jumat (30/10/2020) pukul 15.41 WIB, harga minyak WTI kontrak Desember 2020 naik 0,19 persen atau 0,07 poin menjadi US$36,24 per barel.
Joe Biden dan Donald Trump bersaing keras meraup suara terbanyak di Pilpres AS 2020./Istimewa
Joe Biden dan Donald Trump bersaing keras meraup suara terbanyak di Pilpres AS 2020./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak cenderung mengalami tekanan seiring dengan kondisi fundamental permintaan yang belum membaik. Di sisi lain, pasar mewaspadai Pilpres AS pada 3 November 2020.

Pada perdagangan Jumat (30/10/2020) pukul 15.41 WIB, harga minyak WTI kontrak Desember 2020 naik 0,19 persen atau 0,07 poin menjadi US$36,24 per barel.

Adapun, harga minyak Brent kontrak Desember 2020 meningkat 0,11 persen atau 0,04 poin menuju US$37,69 per barel.

Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan harga minyak terbebani oleh kekhawatiran melambatnya permintaan. Selain itu, melimpahnya suplai telah menekan turun harga minyak ke level US$35,34 pada sesi perdagangan Asia.

Harga minyak berpotensi jual dengan target penurunan di US$34,20 selama harga tidak mampu menembus level resistan US$36,20. Di atas level US$36,20 harga minyak berpotensi beli dengan target kenaikan di US$37,05.

"Rentang perdagangan potensial di sesi Eropa US$34,20 - US$37,05," imbuh Monex.

Analis Pasar Oanda Asia Pasifik Jeffrey Halley mengatakan bahwa fokus pasar saat ini tertuju pada penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap konsumsi minyak.

Kasus positif Covid-19 di Midwest AS melonjak ke rekor, sedangkan beberapa negara di Eropa telah memperketat pembatasan perjalanan untuk membendung penyebaran gelombang kedua.

“Covid-19 menuju gelombang kedua di Eropa, dan pemulihan tidak akan linier seperti yang ditentukan pasarkan, akan ada pukulan konsumsi dari Eropa di tengah menuju musim dingin,” ujar Halley seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (30/10/2020).

Adapun, penjualan bahan bakar jalan di Inggris turun untuk minggu kelima berturut-turut ke level terendah sejak Juli dan sebagian besar maskapai penerbangan Eropa memangkas kapasitas regional untuk November dan Desember.

Di sisi lain, pasar juga ditekan kembalinya pasokan minyak Libya yang menambah kekhawatiran banjirnya pasokan di tengah pelemahan permintaan.

Selain itu, Halley mengatakan bahwa pasar mungkin bergerak lebih rendah lagi atau mengalami volatilitas lebih tinggi pada pekan depan seiring dengan pemilu AS yang akan digelar pada 3 November 2020.

“Setiap tindakan untuk mendukung minyak harus datang dari sisi pasokan dari OPEC+, yang akan bertemu pada akhir November untuk memutuskan apakah akan menunda pelonggaran pengurangan produksi yang direncanakan,” papar Halley.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper