Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Seruan Boikot Produk Prancis, Harga Saham-Saham Ini Rontok

Saham LVMH SE, Danone SA, Groupe SEB, Renault, dan Total SA berakhir melemah lebih dari 3 persen pada perdagangan Rabu (28/10/2020).
Ribuan orang menghadiri aksi unjuk rasa di seluruh Prancis untuk mendukung Samuel Paty, guru yang dipenggal kepalanya setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya./Istimewa
Ribuan orang menghadiri aksi unjuk rasa di seluruh Prancis untuk mendukung Samuel Paty, guru yang dipenggal kepalanya setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham perusahaan global asal Prancis kompak terkoreksi pada akhir perdagangan Rabu (28/10/2020), di tengah seruan boikot produk-produk asal negara tersebut.

Berdasarkan data Bloomberg, saham produsen fashion mewah LVMH SE ditutup anjlok 3,99 persen di bursa Prancis. Sementara itu, saham emiten konsumer Danone SA ditutup anjlok 4,54 persen.

Tak ketinggalan, saham Groupe SEB yang merupakan induk dari Tefal ditutup melemah 3,23 persen. Saham Renault dan Total S.A. juga ditutup anjlok masing-masing 7,96 persen dan 3,49 persen.

Sementara itu, indeks acuan Prancis, CAC 40, ditutup anjlok 3,37 persen atau 159,54 poin ke level 4.571,12. Pelemahan ini sejalan dengan bursa saham lainnya di kawasan Eropa.

Indeks DAX Jerman ditutup anjlok 4,17 persen, indeks FTSE 100 Inggris ditutup melemah 2,55 persen, sedangkan indeks acuan Stoxx Europe 600 ditutup melemah 2,95 persen ke level terendah sejak 22 Mei.

Pelemahan sejumlah saham tersebut terjadi di tengah munculnya seruan boikot terhadap produk-produk asal Prancis menyusul pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam.

Seruan boikot ini terjadi di sejumlah negara di negara Arab seperti Qatar, Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA). Sejumlah supermarket di negara tersebut juga disebut telah menarik barang-barang asal produsen Prancis dari rak-rak.

Bahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan warga negaranya untuk memboikot produk asal Prancis.

Pernyataan itu muncul sehari setelah Macron mengumumkan rencana "untuk mereformasi Islam" agar lebih sesuai dengan nilai-nilai republik Prancis.

Mendeskripsikan Islam sebagai agama "dalam krisis" di seluruh dunia, Macron pada awal Oktober mengumumkan langkah-langkah untuk memerangi "radikalisasi" di antara populasi Muslim Prancis yang diperkirakan berjumlah enam juta orang.

Ketegangan di Prancis semakin meningkat setelah pembunuhan Samuel Paty, seorang guru sekolah menengah yang menunjukkan gambar Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi tentang kebebasan berbicara.

Kedua pemimpin itu juga berselisih dalam beberapa bulan terakhir atas masalah-masalah mulai dari konflik di Libya hingga eksplorasi minyak di Mediterania timur.

“Saya memohon kepada warga saya. Jangan pernah memperhatikan merek Prancis. Jangan membelinya," kata Erdogan di sebuah acara di ibu kota Turki, Ankara seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (27/10/2020).

Macron telah berusaha untuk membela reformasi yang direncanakan dengan mengatakan semua komunitas harus hidup di bawah hukum yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai sekuler Prancis.

Pihak berwenang telah memerintahkan penutupan sebuah masjid di pinggiran kota Paris dan melancarkan beberapa penggerebekan terhadap kelompok-kelompok yang dituduh berkontribusi pada radikalisasi pemuda.

Terlepas dari seruan boikot, saham-saham tersebut juga tertekan akibat sentimen dari melonjaknya kasus Covid-19 yang memaksa pemerintah di sejumlah negara memberlakukan kembali pengetatan pembatasan pergerakan.

Presiden Macron mengumumkan lockdown atau penguncian nasional ke-2 di Prancis karena kasus Covid-19 yang berlaku mulai besok, Jumat (30/10) hingga sebulan ke depan.

Penguncian dilakukan karena penyebaran cirus corona melampaui dari jumlah kasus Covid-19 yang diperkirakan.

"Saya telah memutuskan bahwa kami perlu kembali melakukan penguncian yang menghentikan virus," kata Macron dalam pidatonya, Rabu (28/10).

Penguncian akan membatasi orang keluar rumah, kecuali untuk membeli barang-barang penting, perawatan medis atau olahraga sejam setiap hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper