Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan keluhan investor asing terkait minimnya instrumen hedging di pasar modal Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan keluhan yang disampaikan oleh investor asing. Menurutnya, kebanyakan kritik disampaikan terkait instrumen hedging yang belum lengkap.
Wimboh mengatakan instrumen hedging saat ini belum lengkap baik mulai dari nilai tukar maupun risiko suku bunga serta hedging default yang belum begitu banyak.
“Sehingga investor asing ini kalau ada sentimen negatif strateginya pasti di sell off karena tidak ada hedging yang mumpuni. Toh, kalau ada cukup mahal terutama nilai tukar,” ujarnya dalam pembukaan Capital Market Summit & Expo 2020 secara virtual, Senin (19/10/2020).
Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencetak net sell atau jual bersih Rp494,33 miliar pada Jumat (16/10/2020). Sepanjang periode berjalan 2020, investor asing membukukan jual bersih Rp46,545 triliun.
Wimboh mengatakan pendalaman pasar modal harus terus dilakukan. Langkah yang ditempuh di antaranya dengan memperbanyakan instrumen baik ritel maupun korporasi.
Dia menilai saat ini penting untuk memberikan insentif kepada penerbit atau emiten untuk membuat instrumen yang dapat diakses oleh para investor ritel.
“Dengan banyaknya instrumen, maka kita akan mempunyai variasi instrumen yang lebih banyak dan juga ini instrumen harus memenuhi kebutuhan pasar kita baik itu instrumen biasa maupun instrumen hedging,” imbuhnya.
Selain dari sisi instrumen, Wimboh menekankan pentingnya memperluas basis investor. Pihaknya menyambut positif dominasi investor ritel di pasar modal beberapa waktu terakhir.
“Ini harus dilakukan agar semakin meluas sehingga kalau banyak investor ritel kita sehingga volatilitas akan kita bisa kendalikan dengan lebih baik dan porsi investor domestik yang berupa ritel bisa mendominasi player kita di pasar modal,” paparnya.