Bisnis.com, JAKARTA — Perkembangan vaksin dan kondisi ekonomi politik Amerika Serikat bakal menjadi sentimen utama yang memengaruhi laju indeks harga saham gabungan (IHSG) pekan ini. Adapun, indeks komposit diproyeksi dapat kembali menguat terbatas.
Pekan lalu, IHSG ditutup di level 5.103,41 setelah melemah 0,03 persen, pelemahan didorong oleh sektor Finance (-0.88%) dan Trade (-0.46%). IHSG ditutup melemah namun mulai rebound pada akhir perdagangan. Pergerakan dibayangi lonjakan kasus Covid-19 di Eropa yang cukup mengkhawatirkan.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pekan ini pasar akan memperhatikan perizinan vaksin Covid-19, yang mana manajemen Pfizer Inc akan mengajukan izin vaksin Covid-19 ke otoritas Amerika Serikat pada awal November.
Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan perusahaan bersama mitranya di Jerman, BioNTech. Perkembangan perizinan vaksin menjadi sentimen positif di akhir pekan bagi bursa Eropa dan Amerika di tengah naiknya kasus Covid-19.
“Saat ini pasar sudah memasukkan optimisme vaksin akan segera ditemukan dan segera distribusikan,” ujar Hans dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Minggu (18/10/2020).
Di sisi lain, perkembangan pengobatan Covid-19 juga sempat menjadi penekan pasar. Sebelumnya, pasar sempat koreksi setelah regulator AS menghentikan uji coba tahap akhir ACTIV-3. Begitu pula Johnson & Johnson mengumumkan menghentikan sementara uji coba tahap akhir kandidat vaksin virus Covid-19 karena adanya efek samping.
Baca Juga
“Hal ini membuat pasar berpikir proses pencarian obat dan vaksin Covid-19 tidak mudah dan masih butuh waktu lama,” tutur Hans lebih lanjut.
Masih dari pasar AS, pelaku pasar juga tengah menanti stimulus fiskal di negeri Paman Sam tersebut setelah ada sinyal bahwa Presiden AS Donald Trump akan mempertimbangkan kenaikan jumlah bantuan. Ini diharapkan dapat mendorong ekonomi AS keluar dari resesi.
Kemudian, mata uang greenback berpotensi melemah seiring dengan jajak pendapat yang memunculkan nama kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden sebagai calon yang akan menang pemilihan presiden di 3 November 2020.
“Kemenangan ini akan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China. Selain itu pajak perusahaan di AS juga diperkirakan naik sehingga mendorong USD lebih lemah dan akan positif bagi pasar emerging market termasuk Indonesia,” jelas Hans.
Sementara itu, pasar saham dunia termasuk Indonesia memasuki periode laporan keuangan kuartal III. Hans menyebut pelonggaran lockdown yang terjadi telah mendorong banyak emiten membukukan kinerja yang baik.
Di Indonesia, dia memperkirakan kinerja emiten akan tumbuh positif di kuartal III/2020 akibat banyaknya upaya dari Otoritas Pasar Modal dan pemerintah. Menurutnya, kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II/2020 dan kuartal I/2020.
Sentimen positif dari pasar domestik juga datang dari komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat positif. Bank Dunia menilai UU sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.
UU ini dinilai dapat membantu menarik investor lebih banyak berinvestasi di Indonesia, mampu menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia mengatasi masalah kemiskinan.
Mengacu pada sejumlah sentimen tersebut, Hans memperkirakan IHSG kami akan menguat terbatas di pekan depan. Adapun, support IHSG berada di level 5,067 sampai 5,001 dan resistance di level 5,182 sampai 5,200. “Cenderung SOS bila IHSG menguat untuk bisa BOW kembali ketika IHSG koreksi,” tutup Hans.