Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Berharap Banyak pada Stimulus AS, Bursa Eropa Ditutup Menguat

Indeks Stoxx Europe 600 ditutp menguat 0,78 persen kew level 368,31. Sektor energi memimpin ppenguatan menyusul kenaikan harga minyak mentah setelah Badai Delta memaksa operator menutup 80 persen fasilitas produksi di Teluk Meksiko.
Indeks Stoxx/Reuters
Indeks Stoxx/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Eropa menguat ke level tertinggi sejak tiga pekan terakhir pada perdagangan Kamis (8/10/2020) di tengah optimisme investor mengenai berlanjutnya perundoingan mengenai stimulus di Amerika Serikat.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 ditutp menguat 0,78 persen kew level 368,31. Sektor energi memimpin ppenguatan menyusul kenaikan harga minyak mentah setelah Badai Delta memaksa operator menutup 80 persen fasilitas produksi di Teluk Meksiko.

Sementara itu, saham Rolls-Royce Holdings Plc menguat 25 persen menyusul penurunan harga saham baru-baru ini.

Investor kini tengah mencermati pembicaraan stimulus fiskal AS setelah Presiden Donald Trump membatalkan negosiasi awal pekan ini. Trump menggembar-gemborkan kemajuan dalam pembicaraan meskipun kedua partai di parlemen terlihat masih jauh dari kata sepakat.

Sementara itu, Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengatakan tidak akan ada RUU mengenai maskapai penerbangan yang berdiri sendiri, tanpa jaminan bahwa stimulus lainnya akan dibahas.

Pelaku pasar juga menjadi lebih optimis pada prospek "gelombang biru" kemenangan Partai Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden, DPR, dan Senat pada November mendatang.

Ahli strategi investasi senior Goldman Sachs Group, Abby Joseph Cohen, mengatakan, prospek tersebut dapat membawa lebih banyak kepastian pada kebijakan fiskal pemerintah.

"Tren sideways menyeluruh tetap ada untuk saat ini, namun ada peluang untuk momentum kenaikan yang diperbarui," tulis analis teknis Donner & Reuschel AG, Martin Utschneider.

“Kekhawatiran masih ada di tengah pelaku pasar dan pesan tak terduga dapat dengan cepat berubah menjadi panic selling. Oleh karena itu, semua hedging harus tetap ada,” lanutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper