Bisnis.com, JAKARTA – Macquarie Sekuritas Indonesia menaikkan rekomendasi saham PT Puradelta Lestari Tbk. menjadi netral dari sebelumnya underperform dengan target harga Rp200 per saham.
Tim Analis Macquarie Sekuritas menuliskan dalam laporan terbaru bahwa UU Omnibus Law akan berdampak positif terhadap kinerja emiten berkode saham DMAS tersebut walaupun hasil nyata masuknya investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) di lapangan belum terlihat.
“Pengesahan Omnibus Law akan mendorong perbaikan sentimen jangka pendek di Puradelta Lestari. Walaupun strategist kami menemukan versi terbaru proposal Omnibus Law tersebut kurang menjanjikan, tapi tetap akan menjadi katalis positif,” tulis Tim Analis Macquarie Sekuritas melalui catatan, Selasa (6/10/2020).
Adapun, Macquarie Sekuritas menaikkan proyeksi laba per lembar saham atau EPS (earning per share) DMAS menjadi 7 persen pada 2020 dan 10 persen pada 2021 berdasarkan revisi terhadap proyeksi target penjualan lahan pengembang kawasan terpadu Kota Deltamas di Cikarang Pusat tersebut.
Macquarie Sekuritas menaikkan proyeksi pendapatan prapenjualan lahan DMAS sebesar 13 persen menjadi Rp1,8 triliun pada tahun ini atau mendekati target yang ditetapkan oleh DMAS senilai Rp2 triliun.
“Kenaikan tersebut mewakili penjualan kavling 69 hektar dan kenaikan ASP 5 persen—10 persen, yang menurut kami akan sulit untuk dicapai sebelum adanya Omnibus Law,” tulis Macquarie Sekuritas.
Macquarie Sekuritas menyebutkan bahwa pengesahan Omnibus Law akan menambah keyakinan bisnis di Tanah Air.
Namun demikian, hanya waktu yang akan menjawab akankah Omnibus Law benar-benar dapat menaikkan aliran investasi asing di Indonesia
Melihat data historis, Macquarie Sekuritas menunjukkan bahwa FDI di Indonesia memuncak pada 2017 senilai US$32 miliar. Sejak saat ini, aliran FDI menyusut sebesar 6 persen secara rata-rata tahunan (CAGR) sampai sekarang.
Walaupun Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan ada 143 perusahaan yang memperlihatkan minat untuk merelokasi bisnis ke Indonesia, sejauh ini hanya 7 perusahaan yang benar-benar menunjukkan komitmen.
“Tren [penurunan FDI] diperparah oleh pandemi yang tercermin dengan penurunan FDI sebesar 8 persen pada semester I/2020,” tulis Macquarie Sekuritas.
Dengan beberapa pertimbangan di atas, Macquarie Sekuritas melihat valuasi DMAS saat ini mencerminkan risiko netral. Potensi masuknya FDI ke Indonesia tentu akan menjadi penopang krusial bagi DMAS di masa depan.
Adapun, harga saham DMAS telah melonjak lebih dari 75 persen sejak Maret yang diduga karena investor telah memasang harga (price in) untuk dampak Omnibus Law terhadap DMAS. Macquarie Sekuritas menaikkan rekomendasi DMAS menjadi netral dengan target harga Rp200.
“Sampai kami mendapatkan bukti [masuknya FDI], kami memilih untuk optimistis yang berhati-hati. Dari hasil diskusi dengan beragam investor, [FDI Indonesia] sangat bersaing dengan India, Taiwan, dan China,” tulis Macquarie Sekuritas.
Di lantai bursa, saham DMAS menguat 1,75 persen menjadi Rp232 per saham pada akhir perdagangan sesi I Selasa (6/10/2020). Sejak enam bulan terakhir, saham DMAS melonjak 70,59 persen dengan kapitalisasi pasar Rp11,18 triliun.