Bisnis.com, JAKARTA - Pasca realisasi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2020 yang mencatatkan minus 5,32% semakin menguatkan resesi yang akan dialami Indonesia, seiring kondisi fluktuasi perekonomian dunia akibat pandemi Covid-19.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 kembali minus antara 1,1 persen hingga 2,9 persen.
Melihat tren tersebut, emiten tambang PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menilai kondisi ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan investasi emas.
SVP Corporate Secretary Antam, Kunto Hendrapawoko mengatakan, sifat emas sebagai instrumen investasi safe haven bisa jadi pilihan investasi yang tepat di masa resesi.
“Kondisi resesi sebetulnya dapat memberikan peluang untuk memperluas investasi. Selain saham, emas merupakan salah satu jenis investasi yang bisa dipilih masyarakat,” kata Kunto.
Kunto menjelaskan, emas merupakan jenis investasi yang bisa dipilih saat ini karena tidak terlalu terpengaruh perlambatan ekonomi.
“Dalam tahun ini saja kenaikan harga emas Antam sudah lebih dari 20 persen, hal ini menunjukan bahwa emas merupakan investasi yang aman,” tambahnya.
Kunto juga menyampaikan animo masyarakat untuk dalam investasi emas masih tinggi. Untuk menyiasati hal tersebut, Atam melakukan penyesuaian bisnis logam mulia.
“Sejak pandemi, Antam menerapkan sistem transaksi online untuk logam mulia melalui website www.logammulia.com dan aplikasi chat online,” paparnya.
Ia menjelaskan adanya peningkatan transaksi logam mulia pada periode April-Juni setelah penerapan sistem online tersebut.
Kunto juga meyakini tren positif emas akan terus berlanjut di semester 2 tahun ini. Hal itu seiring dengan tingginya respon positif masyarakat di tengah terus meningkatnya harga emas.
“Tentunya kami berharap tren positif ini akan terus berlanjut, dengan tetap memperhatikan perkembangan harga emas global di semester 2 tahun ini,” kata Kunto.
Terlebih, lanjut dia, dengan sertifikasi LBMA yang dimilikinya menjamin kualitas produk Antam yang mampu bersaing di pasar internasional.
Saat ini Antam tercatat sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memiliki pabrik pemurnian emas dengan akreditasi Good Delivery List Refiner di London Bullion Market Association (LBMA).
“Sertifikasi LBMA yang dimiliki ini memastikan sumber produk perusahaan terbebas dari penambangan ilegal, pencucian uang, terorisme, pelanggaran hak asasi manusia dan perdagangan manusia,” kata Kunto.
Guna memperkuat nilai tambah produk, menurut Kunto, Antam terus melakukan inovasi produk dan penjualan.
Hal ini juga dilakukan seiring dengan tumbuhnya kesadaran berinvestasi emas di tengah tren kenaikan harga emas dan kondisi perekonomian yang sedang dalam masa resesi.
“Kami juga terus melakukan inovasi produk seperti jasa depositori BRANKAS dan emas khusus seperti gift series, emas seri Batik Indonesia, bezel dan lain sebagainya”, papar Kunto.
BRANKAS (Berencana Aman Kelola Emas) merupakan depositori emas yang sudah dikeluarkan Antam sejak tahun 2016.
“BRANKAS bertujuan untuk memudahkan pelanggan dalam berinvestasi emas. Emas yang dibeli akan disimpan di Antam dan dapat diambil dalam bentuk emas fisik atau uang ketika pelanggan membutuhkannya,” imbuhnya.
Saat ini, produk emas batangan Antam juga menggunakan teknologi CertiEye dalam kemasan pecahan 0,5 – 100 gram.
Menurut Kunto, teknologi ini berfungsi untuk meningkatkan keamanan produk dan kemudahan bagi konsumen untuk mengetahui keaslian emas.
Kunto memaparkan, teknologi CetiEye di kemasan produk emas batangan Antam diharapkan dapat mengurangi potensi penipuan berkedok logam mulia Antam.
Kunto juga mengingatkan agar masyarakat bijak dan berhati-hati dalam memilih instrumen investasi emas.
“Antam tidak pernah melakukan emas dengan sistem lelang dan pre order. sistem pembelian emas Antam adalah cash and carry,” jelasnya.
Menurutnya dengan berbagai pilihan produk logam mulia yang dimiliki, masyarakat bisa lebih leluasa untuk memilih jenis investasi emas sebagai upaya lindung nilai di masa resesi ini.